19 Nov 2010

Tentang Naskah Sahabat Syarif

Naskah yang ada di hadapan saya adalah naskah milik Moch. Syarif Hidayatullah seorang dosen linguistik di UIN Jakarta. Naskah ini diberi judul oleh Syarif dengan "Karunia Akal yang Sering Disia-siakan". Awalnya saya hanya melihat naskah ini sebagai naskah yang biasa-biasa saja, terlebih pada saat yang bersamaan saya juga harus mengedit naskah lainnya yaitu antara lain...
Syekh Siti Jenar karya Moch. Solikhin dan naskah Al-Islam karya Rois Mahfudz. Karena menganggap naskah karya Moch Syarif hanya memiliki volume kurang dari 70 halaman dan pembahasannya terbilang "ecek-ecek" maka saya memutuskan untuk mengedit kedua buku yang lainnya.
Di perjalanan (mengedit) naskah Al-Islam dan Syekh Siti Jenar saya mendapatkan kesulitan yang luar biasa, misalnya saja dalam naskah Syekh Siti Jenar saya banyak menemukan istilah-istilah Jawa yang tidak akrab ditelinga saya, selain itu juga banyak catatan sejarah yang juga baru saya ketahui dari naskah tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk meletakan naskah tersebut di tempat biasa yang aku namakan "Pending Script". Tanpa pikir panjang lagi saya menjambret naskah lainnya yang sudah terkepar kelelahan lantaran kecapean dibiarkan begitu saja (dramatisir banget). Yap, naskah Al-Islam yang kali ini saya ambil dan akan saya edit. Baru beberapa halaman mengedit kok saya merasakan bahasa di naskah ini kurang begitu menarik alias banyak kata-kata yang tidak efisien dan sepertinya harus banyak perbaikan, terlebih lagi fokus kajiannya "tidak begitu menarik", wal hasil saya sisihkan naskah itu.
Karena kedua naskah itu sudah membuat saya tidak "konsen" dalam mengedit, maka saya putuskan untuk mengedit naskah yang kata saya ecek-ecek tadi. Awalnya sih biasa saja layaknya buku-buku yang lain, tapi lama kelamaan saya mulai hanyut terbawa oleh eksplorasi yang dilakukan oleh Syarif sang empunya tulisan. Tanpa disangka-sangka ternyata buku ini membuat saya kembali lagi bergairah dalam mengedit sebuah naskah, ulasan yang dibuat oleh Syarif begitu sederhana namun konprehensif. Pemilihan diksi dan kata-katanya sangat bagus dan tepat pada porsinya, selain hal-hal yang bersifat teknik tadi, ada satu hal lagi yang membuat saya terkagum-kagum dengan naskah ini, yaitu titik fokus dan ruang kajiannya begitu mendalam dan penuh hikmah. Syarif menuliskan kenyataan bagaimana akal yang selama ini dianugerahkan kepada kita telah digunakan dengan tidak semestinya. Akal yang diberikan kepada kita harusnya digunakan untuk mengenal Tuhan, mengenal makhluk Tuhan, dan mengenal diri kita sendiri sebagai makhluk Tuhan.
Sungguh naskah yang membuat saya terbelalak akan apa yang selama ini kita lakukan (ibadah) belumlah sepadan dengan apa yang diberikan kepada kita termasuk akal.
Naskah itu saat ini telah selesai saya edit (EDIT 1) dan saat ini sedang diproses masuk ke SETTER yang nanti dilanjutkan dengan EDIT 2 dan 3.
Semoga saja buku ini dapat menggugah orang-orang yang membelinya dan membacanya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Syarif yang sudah menuliskan sesuatu yang menggugah. Terima kasih.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar