13 Sep 2021

guru,-

Tidak ada komentar:

gambar: tanotofoundation.org

Sejak jauh hari, al-Gazali berkata, "kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang senantiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya."

Bohong rasanya jika tak ada satu orang pun tak pusing ketiban wabah corona. Siapa pun Anda, pekerja kantoran, pedagang, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, (apalagi) guru. pasti pusing dibuatnya. Tidak dimungkiri, wabah Covid-19 nyata telah banyak mengubah laku hidup kita. Mendadak lalu kita bersahabat dengan istilah Lockdown, WFH, LFH, PSBB, dan lain sebagainya. Istilah-istilah itu lalu menjelmakan dirinya sebagai bagian 'penting' dan 'baru' dalam hidup kita: New Normal.

Mendampingi anak-anak learning from home misalnya, tentu sangat memusingkan karena kita pun harus melakukan kegiatan work from home dalam waktu yang bersamaan. Walhasil, dalam satu hari, orangtua harus berbagi tugas antara pekerjaan kantor sekaligus mendampingi anaknya mengerjakan setumpuk tugas yang diberikan oleh gurunya. Bahasa Indonesia, Biologi, IPS, atau matematika yang entah kapan terakhir anda belajar Kelompok Persekutuan Kecil dan Faktor Persekutuan terbesar. 

Wabah Covid-19 jelas menuntut energi dan kemampuan kita dua kali lebih besar bahkan lebih dari biasanya. Positifnya apa? Jelas selalu ada sisi positif dalam setiap hal. Apalagi yang namanya: ‘kesusahan’. Al-Qur’an bahkan menyebutnya sebanyak dua kali pada ayat 5 dan 6 surah Al-Insyirah: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,” Kemudahannya apa? Salah satunya kemudahan berupa kesempatan untuk mengembangkan diri, memperbaiki diri? Mungkin juga. Seseorang yang enggan berurusan dengan dunia maya, mau tidak mau, sudi tidak sudi mesti belajar semua itu.