3 Mei 2011

Misteri Keesaan Allah


Judul: Misteri Keesaan Allah
Penulis: Bediuzzaman Said Nursi
Editor: Khairi, Sayed Mahdi
Penerbit: Erlangga, 2010
Halaman: 153


Siapa yang tidak ingin mengetahui “sosok” Tuhan? Barangkali tidak satu pun yang tidak menginginkan dapat mengetahui Tuhannya. Misteri keberadaan (eksistensi) Tuhan barangkali masih menjadi sesuatu yang sulit jika diterjemahkan dengan pola-pola logika fisik—terlebih bagi kaum rasionalis. Eksistensi Tuhan memang baru bisa ditoleransi oleh keyakinan (baca: iman) kita melaui intuisi. Hal ini dikarenakan Tuhan merupakan Zat yang disucikan sehingga penggapaian pengetahuan secara rasional (baca: nonintuisi) sangat sulit didekati. “kelemahan” inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai “degradasi pemikiran” oleh kaum rasionalis. Di mana ruang sempit akan melanda siapa saja yang lebih memilih—terlebih keyakinan—hal yang irasional ketimbang yang rasional.


Seperti menantang badai, Bediuzzaman, dengan bukunya ini mencoba meluruskan apa yang dikatakan para kaum rasionalis tentang eksistensi Tuhan tidak mampu didekati secara rasional. Menurutnya, Misteri keesaan Tuhan dapat didedah baik dengan pendekatan rasional maupun intuisi. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kehadiran Tuhan sebagai “sosok” yang mampu dipahami dengan logikan, salah satunya yakni melaui tanda-tanda yang diberikan-Nya.

Dalam bukunya ini Said Nursi mencoba mengghadirkan Tuhan sebagai Zat Yang Dapat "dijangkau" dengan menggabungkan pendekatan rasional dan intuisi yang tidak bisa dihilangkan karena menyangkut dengan keyakinan bahwa memikirkan kehadiran Tuhan bukan sesuatu yang remeh-temeh (dalam hal ini, Said Nursi sering mengangkatnya ke dalam metafor-metafor) sehingga pengembaran dalam pengetahuan tentang Tuhan dapat mudah dillalui oleh manusia.

Bediüzzaman (1873-1960) adalah seorang pemikir dan penulis penting dalam dunia Islam. Berbagai prestasi yang diraihnya dalam hidup, juga kepribadian dan karakternya yang mengagumkan, membuat pengaruhnya tetap terasa hingga saat ini. Ia memaparkan kekuatan spiritual, moral, dan intelektual Islam, yang tampak dalam berbagai tingkatan sepanjang 14 abad sejarah keislaman, dengan wacana yang paling efektif dan mendalam.

Bediüzzaman hidup pada masa puncak materialisme. Banyak orang menjadi liar tak terkendali setelah masa komunisme dan dunia tengah mengalami krisis hebat. Pada masa kritis tersebut, Bediuzzaman menunjukan sumber keimanan dan memberikan harapan yang kuat menuju perbaikan bersama seperti sediakala. Pada saat itu, ilmu pengetahuan dan filsafat digunakan untuk menyesatkan generasi muda menuju ateisme.

Bediüzzaman telah melihat bahwa kekufuran modern berasal dari ilmu pengetahuan dan filsafat, dan bukan dari kebodohan seperti yang sebelumnya terjadi. Ia menulis bahwa alam adalah kumpulan tanda-tanda Ilahi, dan oleh karena itu, Ilmu pengetahuan dan agama tidak mungkin bertentangan. Menurutnya, keduanya merupakan dua ekspresi yang berbeda dari satu kebenaran yang sama. Akal harus dicerahkan oleh oleh ilmu pengetahuan dan hati harus di terangi oleh agama.                 

Dalam kepeduliannya terhadap dunia Islam, Bediüzzaman mempersembahkan buku ini, sebuah tafsir modern atas Al-Qur`an, keberadaan alam ghaib, taqdir Allah dan kehendak bebas manusia, serta kedudukan dan kewajiban manusia di antara makhluk-makhluk lainnya. Ia menulis dengat sangat lugas dan mengulang-ulang pernyataannya untuk membersihkan “endapan” konsep dan keimanan yang salah dan sudah mengakar dalam pikiran dan hati  manusia, baik secara intelektual maupun spiritual. Ia tidak menulis dengan cara dikdatis atau akademis, melainkan berusaha menyentuh perasaan serta mencurahkan pikiran dan idenya ke dalam akal dan hati manusia untuk menyadarkan mereka akan iman dan keyakinan.

beli buku klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar