10 Feb 2011

Perempuan Lintas Disiplin


Sumber: Koran Jakarta, 19 Januari 2011
Judul : Perempuan Lintas Disiplin: Bunga Rampai Bahan Ajar Berperspektif Gender
Peresensi: Paulus Mujiran
Editor : Hotmauli Sidabalok & Alberta Eka Pratiwi
Penerbit : Badan Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang
Tahun : I, Desember 2010

Sejak zaman purbakala, diyakini pendidikan membuka mata hati dan pikiran demi perkembangan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Namun tidak demikian dalam persoalan gender. Pendidikan yang dipandang buta gender justru berakibat ilmu pengetahuan tidak kritis terhadap persoalan-persoalan perempuan atau bias gender. Pada umumnya rasionalisasi ilmu pengetahuan menempatkan aspek otak kiri sebagai wilayah laki-laki dan lekat dengan aspek rasionalisme, androcentrisme.



Sebaliknya afeksi, endrocentrisme dan otak kanan adalah wilayah perempuan. Wacana patriarki semacam ini terbukti mendiskualifi kasi peran perempuan. Misalnya alat kontrasepsi untuk mengontrol reproduksi manusia merupakan kebenaran ilmiah patriarki yang mengooptasi pengalaman perempuan akan seksualitasnya. Berbagai alat kontrasepsi yang ditanamkan di tubuh perempuan tanpa memikirkan akibat dan reaksi yang bervariasi pada setiap perempuan, karena alat-alat itu tidak pernah dikaji ulang berdasarkan pengalaman perempuan.

Oleh karena diperlukan metode belajar yang mampu menganalisis pola-pola kekuasaan yang memengaruhi keilmiahan suatu ilmu. Sebab tanpa disadari bahan ajar tersebut dapat menguatkan internalisasi ideologi gender yang bias. Pengalaman empiris perempuan dapat dikerjakan dengan mendekonstruksi ide atau gagasan yang bias gender untuk kemudian mendekonstruksi ide atau gagasan baru dalam kerangka relasi seimbang antara laki-laki dan perempuan.

Dalam buku bahan ajar lintas disiplin ini, secara kritis ditelaah dalam mata kuliah hukum pajak bagaimana diskriminasi dan dikotomi formal terhadap perempuan dalam kebijakan pajak penghasilan di Indonesia. Lalu bagaimana menjawab mungkinkah resistensi individual dapat menggugat ketidakadilan pajak yang terjadi pada perempuan.

Begitu pun dalam mata kuliah yang membahas mengenai pemukiman, harus dapat menemukan pola pemukiman dengan keunikan budaya, sosial dan ekonomi serta kebutuhan lingkungan berdasarkan kebutuhan gender. Pola-pola perilaku laki-laki, perempuan dan anak-anak memengaruhi desain arsitektur. Juga dalam kepemimpinan yang selama ini identik dengan laki-laki. Dapat ditegaskan dalam mata kuliah perilaku organisasi bahwa kepemimpinan bukan milik jenis kelamin tertentu dan bagaimana konsekuensi yang dihadapi.

Pemahaman yang seimbang relasi laki-laki dengan perempuan yang dibangun dalam bingkai pendidikan, memberikan sumbangan nyata masyarakat yang peka gender. Sumbangan buku ini amatlah menarik karena ternyata dalam semua ilmu pengetahuan, terdapat materi yang dapat diselipkan untuk mendidik kaum muda untuk lebih peka gender dan keadilan sosial.

Pengetahuan ini menjadi bekal yang menarik dalam menciptakan masyarakat sadar gender di masa mendatang. Buku ini mencoba mendekonstruksi gagasan atau ide sadar gender yang ditanamkan dosen kepada mahasiswa. Tentu saja saja penyebarluasan ide ini kian membantu membangun wacana feminis dalam konteks yang lebih luas.

Peresensi adalah Paulus Mujiran, alumnus pascasarjana Undip Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar