4 Apr 2011

Nalar Religius


Judul Buku : Nalar Religius
Penulis : Mulyadhi Kartanegara
Penerbit : Erlangga, Jakarta
Cetakan : I, Februari 2007
Tebal: xiv + 162 halaman

Agama adalah akal. Tidak ada (tidak dianggap ber-) agama siapa yang tidak memiliki akal.

Ungakapan di atas tentunya sudah sangat populer di kalangan umat Islam. Setidaknya dari ungkapan di atas, ada pesan yang ingin disampaikan bahwa tidak ada pertentangan antara akal dan agama di dalam Islam. Bahkan antara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat, yang antara satu dan yang lain saling menguatkan.

Persoalan akal dan agama (baca wahyu) merupakan salah satu tema klasik dalam wacana keilmuan Islam. Pemikir sekaliber Ibn Sina dan al Ghazali pun turut memperbincangkannya. Banyak sekali teks-teks dalam Islam yang mendorong setiap Muslim untuk memaksimalkan penggunaan akalnya.

Berangkat dari asumsi inilah, Mulyadhi Kartanegara memaparkan berbagai permasalahan dalam agama dengan menggunakan rasionalitas. Penjelasan mengenai trilogi metafisik –Tuhan, alam, dan manusia- yang menjadi dasar utama dalam agama dijelaskan melalui dalil yang benar-benar bisa dinalar, baik oleh kalangan agamawan maupun oleh ilmuwan. Sehingga apa yang dipaparkan dalam buku ini sangat jauh dari apa yang sering dikatakan dogmatis.

Dalam memilih tema, Mulyadhi sungguh cerdas. Sejumlah permasalahan fundamental dalam agama yang sering diperdebatkan oleh pemikir dan filosof, bahkan pada titik-titik tertentu ditolak, berhasil dibentangkan secara jelas dan tidak bertele-tele. Dan ia berusaha menjaga benang merahnya, meskipun di sana-sini tampak tidak begitu lempang sistematikanya.

Seperti lazimnya banyak pemikir ataupun filosof –terutama filosof Muslim, hal pertama yang dijelaskan oleh Mulyadhi adalah terkait dengan sikap dan pendapat pribadinya mengenai trilogi metafisik yang menjadi tema pokok kajiannya. Kendati dalam pembahasan ini faktor subjektivitas penulis tidak dapat dihindari, nampaknya ia berhasil mengartikulasikan pandangannya ini dengan baik dan sistematis. Pandangan inilah yang sering disebut dengan pandangan hidup atau worldview yang nantinya sangat menentukan konsep-konsep pemikiran seorang filosof atau pemikir.

Lalu, pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai berbagai dalil-dalil logis dalam pembuktian kebenaran agama. Di sini dikupas tentang berbagai cara yang dipakai oleh filosof-filosof Muslim dalam bangunan pemikiran mereka. Hal ini penting untuk digali untuk mendapatkan kerangka pemikiran yang utuh dari para filosof terdahulu untuk kemudian dijadikan sandaran bagi pemikir selanjutnya, baik untuk dikembangkan maupun untuk dikritisi.

Karena buku Nalar Religius ini merupakan bunga rampai (antologi) esai filosofis penulis yang dihimpun dari kumpulan artikel-artikel yang pernah disampaikan secara terpisah, kita akan kesulitan menemukan gagasan penulis secara utuh. Pembahasan yang ada terkesan meloncat dari satu pokok bahasan ke bahasan lainnya, bahkan terkadang sangat jauh. Sehingga, tidak heran bila kita menemukan dua pembahasan sekitar biografi pemikir Muslim, dalam hal ini Ibn Khaldun dan Murtadha Muthahhari dipilih oleh penulis. Tentunya pembaca akan penasaran atas kriteria dan alasan penulis atas pemilihan ini.

Namun, sejumlah masalah itu tentu saja tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kontribusi buku ini. Keseriusan Mulyadhi menghimpun serangkaian artikel dengan tema yang beragam menyodorkan banyak peluang bagi kita untuk melakukan pengkajian dan penelitian lanjutan. Pemuatan artikel Masa Depan Filsafat Islam yang pernah dimuat sebagai visi dan misi IAIN, misalnya, menunjukkan bahwa Mulyadhi benar-benar serius dalam mengkaji filsafat Islam dan menjadikannya sebagai dasar sebuah aplikasi kongkrit. Di sinilah Mulyadhi menunjukkan kelebihannya dalam menjelaskan pentingnya filsafat Islam dalam kehidupan nyata, dan ini yang sering terlewatkan oleh penulis buku-buku filsafat Islam lain yang cenderung melangit.

Buku ini menawarkan berbagai pemikiran yang dapat menjadi sumber tulisan atau penelitian berikutnya. Masalahnya, tinggal bagaimana kita memanfaatkan gagasan-gagasan itu untuk memperkaya dunia nalar kita.

beli buku klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar