30 Mei 2022

cinta,-

Tidak ada komentar:
gambar:brilio.net/

“Religious man deeply desires to be, to participate in reality, to be saturated with power.” –Mircea Eliade

Mari bicara cinta. Apa Anda percaya, bahwa karena cinta, Tuhan memercikkan ‘hasrat’-Nya untuk mencipta kreasi sempurna bernama Manusia? Atau, apa Anda lebih percaya, bahwa karena manusia, Tuhan mencipratkan ‘kuasa’-Nya untuk mencipta kreasi terbaik bernama cinta?

Betapa pun kita membolak-balik kemungkinan itu, saya kira hasilnya sama saja. Karena cinta atau karena manusia, cinta tidak mungkin kita pisahkan dari Tuhan. Ketiganya menjadi rangkaian sebab-akibat dan jalan logika, bagi siapa pun itu. 

Tuhan adalah ide tertua yang pernah ada dan dikembangkan manusia, begitu menurut Karen Amstrong. Bagi saya, ide itu berjalan penuh bersama pencarian manusia akan cinta. Karena sejatinya, cinta yang membawa manusia mencari Tuhannya. Cinta adalah sumber hidup dan kehidupan manusia.

Cinta hadir sejak zaman azali dan tetap ada sampai setua apa pun dunia ini. Bukankah umat Muhammad selalu mencita-citakan itu? Cinta yang terbungkus energi dinamis dan aroma yang terus bergolak dan menggelora dalam lamat-lamat selawat.

Tak peduli mata yang buta, kaki yang lumpuh, cinta membuncah Busyiri dalam Syair Burdah, melipat Bediuzzaman Said Nursi dalam metafor zaman yang tercium seperti baru kemarin sore.

13 Sep 2021

guru,-

Tidak ada komentar:

gambar: tanotofoundation.org

Sejak jauh hari, al-Gazali berkata, "kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang senantiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya."

Bohong rasanya jika tak ada satu orang pun tak pusing ketiban wabah corona. Siapa pun Anda, pekerja kantoran, pedagang, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, (apalagi) guru. pasti pusing dibuatnya. Tidak dimungkiri, wabah Covid-19 nyata telah banyak mengubah laku hidup kita. Mendadak lalu kita bersahabat dengan istilah Lockdown, WFH, LFH, PSBB, dan lain sebagainya. Istilah-istilah itu lalu menjelmakan dirinya sebagai bagian 'penting' dan 'baru' dalam hidup kita: New Normal.

Mendampingi anak-anak learning from home misalnya, tentu sangat memusingkan karena kita pun harus melakukan kegiatan work from home dalam waktu yang bersamaan. Walhasil, dalam satu hari, orangtua harus berbagi tugas antara pekerjaan kantor sekaligus mendampingi anaknya mengerjakan setumpuk tugas yang diberikan oleh gurunya. Bahasa Indonesia, Biologi, IPS, atau matematika yang entah kapan terakhir anda belajar Kelompok Persekutuan Kecil dan Faktor Persekutuan terbesar. 

Wabah Covid-19 jelas menuntut energi dan kemampuan kita dua kali lebih besar bahkan lebih dari biasanya. Positifnya apa? Jelas selalu ada sisi positif dalam setiap hal. Apalagi yang namanya: ‘kesusahan’. Al-Qur’an bahkan menyebutnya sebanyak dua kali pada ayat 5 dan 6 surah Al-Insyirah: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,” Kemudahannya apa? Salah satunya kemudahan berupa kesempatan untuk mengembangkan diri, memperbaiki diri? Mungkin juga. Seseorang yang enggan berurusan dengan dunia maya, mau tidak mau, sudi tidak sudi mesti belajar semua itu.

17 Mei 2020

buku,-

Tidak ada komentar:


“Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya, maka pastilah bangsa itu akan musnah.” - Milan Kundera 

Sudah Sejak lama umat manusia selalu berkeinginan untuk mendapatkan dan juga menyebarkan informasi atau pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Sayangnya, keinginan itu belum dapat dibarengi dengan teknologi yang canggih sehingga biasanya, informasi hanya dapat disampaikan secara tutur atau diceritakan turun-temurun, dari mulut ke mulut, dan ini membutuhkan ingatan kuat yang ditampung oleh si pencerita. Tentu, jika ingatan si pencerita pudar, atau bahkan ia meninggal, tentu informasi itu ikut terkubur tak berbekas. Kesulitan berjamaah itu kemudian melahirkan ide-ide baru dalam hal mengabadikan sebuah informasi.

Maka lahirlah orang-orang mesir yang mulai menuliskan simbol-simbol informasi di lembar daun Papyrus. Bangsa Cina yang menuliskan sejarah para kaisar dan orang-orang suci di atas potongan kayu dan bambu, dan orang Timur Tengah yang menulis di potongan kulit domba yang atau kulit binatang lainnya.

Teknologi ‘kertas’ lalu pertama dibuat oleh bangsa Cina sekitar tahun 105 Masehi. Awalnya terbuat dari serat bambu, lalu diteruskan dengan jenis kayu lainnya. Inilah kebangkitan awal bangsa Cina yang berhasil menjadi negara pengekspor kertas ke hampir semua belahan dunia.

12 Mei 2020

kopi,-

Tidak ada komentar:

Kedai Kopi Kong Djie, Blitong 2018
Tulisan ini dimuat juga di mading.id


“Tidak ada yang begitu amat mengena di hati selain rasa manis yang muncul dari isak tangis bersama. –Rousseau.

 
Kawan, izinkan saya bicara sedikit perihal kopi. Tentu bukan dalam perspektif ahli apalagi seorang sufi. Ini murni dari seorang penikmat kopi. Tidak lebih. 

Bicara kopi, tentu kita akan banyak menemukan seabrek informasi di alam daring, misalnya dalam hal bahasa. Kata “kopi” diadaptasi dari bahasa Arab “qahwa” atau “kahve” dalam istilah Turki. Kata ini mulai diadaptasi ke dalam banyak bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an, seperti bahasa Belanda “koffie”, bahasa Perancis “cafĂ©”, bahasa Italia “caffè”, bahasa Inggris “coffee”, bahasa Cina “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, dan bahasa melayu “kawa”. Hampir semua istilah untuk kopi di berbagai bahasa memiliki kesamaan bunyi dengan istilah Arab. (Wiliam H. Ukers dalam All About Coffe (1922) seperti disitir oleh laman sasamecoffee.com.).

Kopi, sejak tahun 1453, sudah diperkenalkan oleh Ottoman Turki di Konstantinopel. Kedai kopi pertama di dunia yang bernama Kiva Han pun berada di kota ini, tepatnya dibangun 22 tahun setelah diperkenalkan.

Saya percaya jika kopi merupakan salah satu minuman favorit orang-orang saleh. Dulu waktu nyantri, saya pernah mendengar seorang kiai bercerita, kopi dan rokok adalah teman sehari-hari kaum santri. Para santri meminum kopi agar bisa terjaga di malam hari untuk membaca kitab kuning, dan rokok menjadi alat penerangannya. Tak hanya sebagai alat untuk menghilangkan kantuk, kopi pun menjadi sarana untuk berzikir. Saat mengaduk kopi, konon hitungan mengaduknya dihitung sampai 33 kali ke arah kanan dan 33 kali ke arah kiri. Terus terang, cerita itu sangat memesona saya.