22 Nov 2011

The Miracle of Shalat


Cover By: Satrio Amal Budiawan
Judul : The Miracle of Shalat
Penulis: KH. Muhammad Sholikhin
Editor: Hijrah S, Adhika Prasetya.
Penerbit : Erlangga, 2011
Halaman : xxiv+536


Buku ini hadir di tengah hiruk pikuk degradasi pemahaman sebagian umat Muslim—didominasi juga oleh kalangan Muslim muda—yang menganggap bahwa ibadah shalat adalah ibadah motorik belaka yang hanya bertujuan untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar, dan apabila keduanya telah tercegah, maka shalat tidak diperlukan lagi.

Pemahaman yang salah ini bahkan sudah menjadi trend di tengah-tengah masyarakat kita. Shalat menjadi perbuatan yang gengsi apabila dilakukan, shalat tidak perlu dijalankan cukuplah dengan mengingat Tuhan. Sungguh sombong dan salah pemikiran seperti ini.

Menarik sekali apa yang ditulis oleh penulis dalam buku ini dengan menyebutnya sebagai teori “belah bambu”"lebih baik mana antara orang yang rajin beribadah, tapi tingkah lakunya buruk, dengan orang yang tidak beribadah, tetapi tingkah lakunya baik?".

Pemahaman yang “dipaksakan” rasional ini tentunya tidak dapat dipertanggungjawabkan bahkan pandangan ini justru meremehkan ibadah sakral shalat sebagai, kalaupun demikian adanya, yang perlu dilihat adalah orang yang mengerjakan shalatnya, bukan shalatnya.

Ada tiga poin utama yang membuat segala pemahaman di atas salah. Pertama, pemahaman seperti tersebut sangatlah “dangkal” karena ibadah shalat bukan hanya memiliki tujuan untuk media instrospeksi diri, tetapi juga merupakan wujud (baca: devosi/bukti) kehambaan yang nyata—konkret—dari keimanan seseorang yang tidak bisa diraba—abstrak.
Kedua, pemahaman tersebut sama juga telah mengabaikan perintah Tuhan. Shalat adalah perintah wajib, sehingga tidak ada yang dapat membatalkannya. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah indikasi dan imbas dari shalat, bukan pembatal perintah. Sehingga dapat disimpulkan shalat diwajibkan atas orang yang telah mampu atau belum mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Ketiga, shalat adalah ritus yang khas dari Islam, sehingga hal yang paling khas dalam suatu agama harus menjadi pembeda dengan yang lainnya, apabila tidak dilaksanakan, lalu apa yang menjadi pembeda antara Islam dengan agama yang lainnya?

Shalat adalah perbuatan logis dari apa yang dinamakan dengan Iman. Shalat seharusnya dijadikan pemicu seseorang dalam berbuat baik. dan amal saleh adalah dua kenyataan, di mana yang pertama mendasari yang kedua. Maka untuk mendapatkan dorongan dari dalam dirinya untuk selalu mengarah pada perbuatan baik, tidak ada jalan lain, kecuali melalui kegiatan ubudiah.

Keseimbang, begitulah yang ingin disampaikan penulis kepada kita, di mana antara Iman dan Ibadah merupakan dua hal yang harus berjalan harmonis dalam kehidupan seornag Muslim. Jika shalat tidak dijalankan maka Iman—yang sewaktu-waktu dapat berubah: menurun, berkurang, melemah; positif; menaik, bertambah, menguat, dan memerlukan pemeliharaan terus menerus melalui ibadah—tidak mampu memberi dorongan batin kepada individu untuk berbuat sesuatu ke tingkat ketulusan yang sejati. Sehingga Iman harus diejawantahkan melalui ibadah (salah satunya shalat) sebagai ekspresi penghambaan seseorang kepada Allah SWT.

Shalat adalah salah satu ritual ibadah yang memiliki definisi sekumpulan bacaan (ucapan), dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam disertai dengan persyaratan-persyaratan yang khusus. Tujuan utama dari shalat adalah membina "kontak" dengan Tuhan, sebagai tujuan intrinsik, di mana hal tersebut telah pula diperintahkan Tuhan kepada Nabi Musa dalam QS. Thaha [20]: 14

Shalat harus melahirkan keimanan, sehingga antara keduanya harus berjalan harmonis dalam kehidupan seorang Muslim. Jika shalat tidak dijalankan maka Iman yang sewaktu-waktu dapat berubah: menurun, berkurang, melemah; positif; menaik, bertambah, menguat, dan memerlukan pemeliharaan terus menerus melalui ibadah tidak mampu memberi dorongan batin kepada individu untuk berbuat sesuatu ke tingkat ketulusan yang sejati. Sehingga Iman harus diejawantahkan melalui ibadah (salah satunya shalat) sebagai ekspresi penghambaan seseorang kepada Allah SWT.

Sesuai dengan berbagai keterangan dalam Kitab suci dan Hadis Nabi, nyatalah bahwa shalat merupakan kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam. Dalam Al-Qur'an, sering kita temukan perintah menegakkan shalat (iqamat as-shalah, yakni menjalankannya penuh kesungguhan), dan menggambarkan bahwa kebahagiaan kaum beriman adalah (pertama dan utama) karena shalatnya yang dilakukan penuh kekhusyukan (QS. Al-Mu'minun [23]: 1-2).

Buku ini memuat informasi yang jarang ditemukan di buku lain, bahkan tidak ada dalam buku yang lain, yaitu membedah tuntas tentang ibadah shalat sebagai ibadah yang mendatangkan energi dahsyat bagi yang melaksanakannya. Buku ini memuat kajian-kajian filosofis/ kajian mendalam (esoteris) tentang shalat yang sangat jarang dibahas oleh kebanyakan penulis tentang ibadah shalat.

Buku ini disusun oleh penulis yang juga seorang Kiayi yang sudah lama berkecimpung dalam dunia kajian tasawuf dan tafsir esoteris keagamaan Islam yang sebagian penelitiannya ia kaji langsung di majelis taklim yang ia pimpin di pesantrennya.

Semoga kehadiran buku ini menjadi “penyegar dahaga” di tengah “kehausan” pemahaman akan makna ibadah shalat. Akhirnya, kepada pembaca kami ucapkan selamat membaca dan menyelami mutiara-mutiara terpendam dalam buku ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar