2 Apr 2011

Renungan Santri

Judul: Renungan Santri – Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama
Penulis: Rumadi
Editor: Sayed Mahdi
Penerbit: Erlangga
Tebal : ix  + 286 Halaman

 Di penghujung tahun 2001 hingga 2004, kita dikejutkan beberapa tragedi kemanusiaan yang menggegerkan dunia. Sebut saja “Tragedi 11 September" yang meluluhlantahkan gedung World Trade Center (WTC) Amerika Serikat dan menewaskan ribuan orang di negeri Super Power itu; “Tragedi 12 Oktober” di Bali; pengeboman Hotel JW Marriot Jakarta (05/08/03), dan peledakkan bom di depan Kedubes Australia Jakarta (09/09/04). Peristiwa-peristiwa ini tak usang dari ingatan kita, karena selain mencederai rasa kemanusiaan juga sekaligus mencoreng nama Islam sebagai ladang subur bagi terorisme. 

Realitas di atas memunculkan stereotif bahwa Islam menjadi “terdakwa”, dengan stigma yang dilabelkan padanya sebagai biang kekerasan, karena pelakunya sering membawa nama Tuhan dan atas nama Islam. Pengorbanan diri si pelaku bom jihad, yang diyakini sebagai tindakan syahid dan religius atas dasar fanatisme dan untuk meraih kebahagiaan, tak ayal mendorong penganut kuat keyakinan ini rela melakukan bunuh diri demi sebuah “perjuangan”. Inilah yang menjadikan agama sebagai ladang terorisme, karena adanya janji keselamatan dan legitimasi atas tindakan kekerasan.
Dari sini muncul beberapa pertanyaan yang cukup menggelitik: apakah jalan menuju surga harus dengan jalan meledakkan diri dan membunuh manusia yang lain?. Benarkah ada jalinan kuat antara agama yang semestinya membawa kedamaian dengan terorisme yang menghancurkan?. 
Buku ini berusaha memberikan jawaban dari beberapa wacana diatas. Antara lain, sebagaimana dipaparkan penulis, kaitan antara agama dan terorisme adalah bentuk “perselingkuhan”, karena agama dijadikan amunisi untuk melakukan terorisme dan mendorong terjadinya perselingkuhan antara agama dengan pasangan yang tidak halal, terorisme.
Tulisan diawali dengan paparan sejarah fundamentalisme dalam Islam, karakteristik dan latar belakang kemunculannya hingga terorisme di Indonesia serta membeberkan istilah Jihad (Holy War) yang sering digunakan untuk melegitimasi tindakan para terorisme.
           Sebagai alternatif solusi dari polemik wacana di atas, penulis memperkenalkan bagaimana seharusnya menyemai pluralisme, memanusiakan teologi serta menteologikan manusia  serta memberikan intepretasi kepada Al-Qur’an yang sesuai dengan realitas sosial agar tidak dimaknai secara kaku dan sempit yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Di akhir tulisan, penulis buku ini memberikan kritik terhadap agama sebagai bentuk gerakan Islam kontemporer, selain dipaparkan pula mengenai sisi kehidupan keberagamaan di Indonesia.

beli buku klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar