23 Nov 2010

Menjadi kekasih Allah

Judul: Jejak-jejak Wali Allah
Penulis: Muhammad Ibn Abi-Qasim al-Humairi
Penerjemah: Saiful Rahman Barito
Editor: Achmad Ta’yudin, Sayed Mahdi, Fathurrahman Yahya
Penerbit: Erlangga, 2009
Halaman: xii+424

Menyelami dunia Islam dengan segala aspek komponen yang dimilikinya, bagaikan menyelami luasnya samudera lautan, atau bagaikan mengarungi luasnya angkasa raya yang penuh dengan milyaran benda langit, begitu dalam, begitu panjang, begitu luas, begitu universal, itulah Islam begitu banyak ruang yang belum terbuka, belum terjamah, dan sampai saat ini masih menjadi misteri.


Banyak pintu-pintu yang harus dilewati seseorang untuk mengetahui lebih dalam tentang Islam. Banyak orang mencoba mencari pintu tersebut untuk menemukan hakikat kehidupan, ruang Tuhan dan kedamaian spiritual. 

Dunia tasawuf merupakan salah satu aspek penting dalam Islam. Tasawuf sering dianggap sebagai cara lain dalam upaya menyelami relung terdalam religiusitas seseorang. Tasawuf merupakan wujud pemahaman agama yang lebih mengedepankan esensi ketimbang memahami Islam dengan syariat yang lebih berorientasi pada fomalisme beragama yang kerap berujung kepada pemahaman artifisial agama dengan sebuah ibadah atau ritual rutinitas. Lebih dari itu, tasawuf yang sering menjadikan tarekat sebagai jalannya merupakan jalan untuk mencapai tingkatan demi tingkatan menuju pada satu ruang yaitu ruang spiritualitas tinggi yang sering disebut dengan tingkatan makrifat.

Para Sufi yang terdahulu dalam memburu makrifat telah membina serangkaian Tarekat dengan sungguh-sungguh, hal ini dimanifestasikan di dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga jalan menuju Allah SWT telah menjadi nafas dalam keseharian para sufi.

Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.

Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). Menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut. 

Buku Jejak-jejak Wali Allah, Melangkah Menuju Gerbang Kewalian Bersama Syekh Abu Hasan Al-Syadzili, adalah sebuah buku yang mencoba mengulas dan memotret dengan gamblang sosok Syekh Abu Hasan Al-Syadzili dan tarekat yang didirikannya secara menyeluruh. 

Diawali dengan biografi dan seputar kehidupan religinya, kemudian pembahasan mengenai berbagai buah tangan yang lahir dari pemikirannya, yakni mulai dari amalan-amalan seperti Hizib, Doa, dan Zikir (Wirid), sampai kepada pandangan dan wasiatnya mengenai ilmu tasawuf.

Buku ini dirasa cukup representatif bagi siapa saja yang ingin menyelami dunia tarekat dan kesufian. Dunia yang meyakini bahwa untuk mencapai suatu tingkatan makrifat seseorang diharuskan untuk berserah diri serta mencintai Allah SWT dengan hakikat yang sebenarnya. Karena cinta bagi Al-Syadzili, “bukanlah perkataan yang kita hias-hiasi. Tapi cinta adalah hati yang kita persembahkan kepada-Nya.” 

Dalam buku ini, kita akan menemukan hal-hal penting mengenai cara mengukur iman, makna syahadat, doa yang makbul, pribadi yang tawadhu’, amarah dan nafsu, keutamaan menjalin silaturahmi, bekerja penuh semangat, dan pemanfaatan waktu dalam Islam.

Buku yang disusun dengan bahasa dan pemilihan diksi yang sederhana ini, akan membimbing kita, tanpa menggurui dalam mendalami tata cara membentuk karakter jiwa yang Qur’ani, jiwa yang tawadhu’, dan mampu memahami perannya di masyarakat luas. 

beli buku klik di sini

2 komentar:

  1. Mohon maaf. Saya hanya ingin mengoreksi sedikit terkait kekeliruan nama. Penulis buku tersebut yang benar (seingat saya) sekiranya adalah al-Himyari, bukan al-Humayri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih koreksinya. Memang di beberapa kitab/ buku ada yg menyebutkan Al-Humayri ada pula Al-Himyari.. karna memang bentukan katanya dari huruf ha mim ya ro dan ya.. bisa dilihat di sini: https://books.google.co.id/books?id=5YbUq2DqfQgC&pg=PA246&lpg=PA246&dq=ibnu+qasim+al-Himyari+author&source=bl&ots=f0IwVfO_5H&sig=ACfU3U0CgQb72_nY5ZKUyGyRejO4NogdJQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwihhqn8gdXlAhUTX30KHRTtCL8Q6AEwAnoECAMQAQ#v=onepage&q=ibnu%20qasim%20al-Himyari%20author&f=false

      Terima kasih sudah sudi mampir

      Hapus