Tampilkan postingan dengan label tetesembun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tetesembun. Tampilkan semua postingan

15 Mei 2013

Mengapa Waktu Shalat Berbeda-beda?

4 komentar:
blog.innomuslim.com
Shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. (QS. An-Nisa: 103). Setiap waktu shalat adalah pembuka titik balik dan cermin bagi umat manusia untuk mengejawantahkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT di setiap waktu. “Bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (Subuh). Segala puji bagi-Nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada siang hari (Zuhur).” (QS. Ar-Rum: 17-18).

Pergantian waktu siang dan malam, pergantian bulan ke bulan, tahun ke tahun dan seterusnya adalah sunatullah tak terelakkan. Begitu pun dengan waktu shalat yang terus berputar dari siang ke malam. Perputaran itu adalah adalah siklus yang berjalin kelindan dengan penggenapan-penggenapan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT tentu memiliki maksud tertentu dalam penetapan waktu-waktu shalat, dan kita sebagai makhluk yang diberi akal diharapkan untuk berusaha menyingkap maksud tersebut, walaupun secara hakikat, hanya Allah SWT yang mutlak mengetahui maksud-maksud tersebut.

Saat fajar datang, suara-suara azan diperdengarkan, pintu-pintu keberkahan terbuka lebar menyambut para manusia yang larut dalam keterlelapan. Fajar atau waktu Subuh adalah sebuah mukadimah di mana langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang yang menandakan sebuah hari dimulai. Di waktu ini Allah SWT memerintahkan seluruh manusia untuk melaksanakan shalat Subuh dan memanjatkan rasa syukur karena masih diberi kenikmatan hidup untuk menghirup udara dunia dan menikmati pesona langit yang terang-benderang. Allah mempersilakan manusia untuk selalu mengharapkan perlindungan dari-Nya, Tuhan yang menguasai Fajar (QS. Al-Falaq: 1). Pagi adalah simbol kebangkitan, simbol semangat dalam menyambut datangnya hari di mana kita semua memulai aktivitas.

16 Apr 2013

Bismillah

Tidak ada komentar:
manazar.com
Bismillah (Dengan Nama Allah) adalah awal dari semua hal yang baik. Frase ini adalah salah satu simbol Islam. Bismillah adalah kalimat yang terus menerus dilafalkan oleh semua umat Islam sebagai ungkapan pasrah kepada Allah SWT. Bismillah adalah sumber kekuatan dan keberkahan yang tak habis-habis.


Bediüzzaman Said Nursi di dalam karyanya Risale-i Nur pernah menganalogikan keistimewaan kalimat Bismillah dengan cerita dua orang musafir yang menempuh perjalanan di gurun pasir yang tandus. Musafir yang pertama adalah orang yang cerdas dan rendah hati, sedangkan musafir yang kedua adalah orang yang sombong dan merasa kuat. Musafir yang pertama selalu mendengar saran bahwa untuk selamat dalam perjalanan dia harus mengingat nama seorang kepala suku yang kuat dan berpengaruh. Sedangkan musafir yang kedua tidak pernah mau mendengarkan saran dan mengingat nama seorang kepala suku. Ia menganggap dirinya kuat dan hebat.

Musafir pertama selalu selamat, karena setiap kali bertemu kawanan bandit, dia selalu berkata: “Saya berjalan atas nama kepala suku ‘ini’,” lalu ia dibiarkan lewat tanpa diganggu, bahkan ia diperlakukan dengan hormat. Sebaliknya, musafir yang sombong selalu mengalami bencana dan rasa takut terus menerus karena ia tidak mengenal siapa-siapa dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat ia andalkan selain dirinya sendiri yang sombong. Tidak ada yang mau memberinya pertolongan, bahkan hartanya ludes dirampas kawanan bandit.

22 Jan 2013

Kemiskinan dalam Kekayaan

Tidak ada komentar:
”Keinginan Adalah Sumber Penderitaan.” – Seperti Matahari, Iwan Fals.

Mungkin sudah lumrah sebagian kita memandang bahwa harta benda merupakan alat untuk mengukuhkan identitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan. Kekayaan harta bendawi telah menjadi tolok ukur kebahagiaan, kepuasan, dan kenikmatan hidup.

Secara kasat mata, harta benda memang telah mencukupi hidup dan kepuasan kita, namun apakah semua harta benda itu “benar-benar” mencukupi hidup kita? Atau jangan-jangan semua itu hanya kepuasan semu? Masihkah ada yang ingin kita capai? Karena terkadang kita tidak pernah merasa cukup dengan semua itu, kita terus saja menumpuk harta kekayaan, mengejar ambisi jabatan, status sosial, dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang kita cari?

Ambisi dan keinginan benar-benar telah membutakan kita. Tidak sedikit dari kita yang ketika kesulitan dan kesengsaraan melanda hidup, kita berusaha memohon mati-matian kepada Allah untuk keluar dari kesulitan tersebut, namun ketika Tuhan melimpahkan rezekinya, kita kemudian berpaling dari-Nya, kita seakan menjadi orang yang tidak sadar karena dimabuk harta yang berlimpah. Bukankah itu berarti kita telah berlaku curang? Sungguh kerdil dan tamaknya manusia.

16 Feb 2012

Masih Pentingkah Pendidikan Agama Islam?

Tidak ada komentar:
Seberapa pentingkah peranan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari? Khususnya bagi umat Islam? Pertanyaan-pertanyaan mungkin pernah muncul dalam benak kita. Lalu, sudahkah kita menjawabnya?
Dalam Islam, agama dikenal dengan istilah “ad-diin” yaitu istilah yang berasal dari bahasa Arab. Secara terminologi, kata “agama” diambil dari bahasa Sansekerta, sebagai pecahan dari kata “A” artinya “tidak” dan “gama” artinya “kacau”, jadi “agama” berarti “tidak kacau”.

Dahsyatnya Energi Shalat

Tidak ada komentar:
Seberapa seringkah kita mendengar kata ‘shalat‘ dalam kehidupan sehari-hari? Ya ‘shalat’, sebuah kata sederhana yang sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari namun berat untuk mengerjakannya. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang implementasinya sudah mulai dinomorduakan oleh sebagian penduduk dunia.
Berbagai alasan pun terlontar ketika waktu shalat tiba, mulai dari masih banyak pekerjaan yang belum selesai, masih mengantuk, masih asyik main games dan lain sebagainya. Laju perkembangan zaman yang semakin pesat telah membuat masyarakat mulai lupa akan pentingnya shalat. Padahal sudah sangat banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang menyinggung akan hal itu.

11 Des 2010

Dari Mana Makanan yang Kau Dapat?

Tidak ada komentar:
Halal dan Thayyib adalah prinsip makanan dalam Islam. Makanan dalam Islam mendapatkan perhatian yang khusus dan penting sekali. Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa dapat memelihara dan menjaga makanannya agar tetap sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

Makanan dalam Islam adalah hal yang sangat prinsip. Yusuf Al-Qardhawi, ulama kontemporer dari Mesir, menyatakan dengan tegas bahwa masalah makanan bukanlah masalah furu’ (cabang agama), melainkan masalah ushl (pokok). Dalam surat ’Abasa, 80:24 Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan makanannya.

Puasa dan Eskatologi Islam

Tidak ada komentar:
Salah satu ajaran Islam yang esensial adalah keimanan kepada hari akhirat. Menurut Fazlur Rahman (1919-1988), tokoh neo-modernisme Islam, ide pokok yang mendasari ajaran mengenai hari akhirat (eskatologi) dalam Al-Qur’an adalah, bahwa akan tiba suatu saat ketika setiap manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tidak pernah dialaminya pada masa sebelumnya mengenai amal perbuatannya. Pada saat itu setiap manusia akan dihadapkan kepada apa yang telah dilakukannya dan ia akan menerima balasan akan perbuatannya tersebut.
Faham eskatologi yang khas dengan agama Islam merupakan implementasi atas keyakinan yang mengakar dalam tubuh pemeluk agama Islam, sebab kepercayaan akan sesuatu yang metafisika, sesuatu yang gaib (termasuk eskatologi) merupakan salah satu kewajiban pemeluk agama Islam dalam meyakininya.

Tiga Konsep Besar

Tidak ada komentar:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (2: 183)
Dalam paradigma kekinian, seringkali orang ketika berhadapan dengan persoalan ibadah, menafsirkan sebuah perintah Tuhan—yang kemudian menjelma menjadi amalan ibadah—dengan penafsiran yang praktis, tunggal, dan cenderung mengabaikan sisi esensi dari persoalan tersebut. Awalnya memang pola seperti ini tidak begitu banyak dilakukan oleh orang-orang, namun, seiring dengan zaman, akhirnya pola seperti ini telah menjadi lumrah, menjadi kebiasaan, bahkan telah mengakar di tubuh dinding ideologi kita.

Tidak Sekadar Rutinitas

Tidak ada komentar:
Sebagai sebuah ibadah, bentuk puasa dalam Islam sangat unik dan tidak sama seperti yang dilakukan oleh agama lain. Dalam Islam, puasa tidak berarti meninggalkan dan menjauhkan diri dari kehidupan sosial. Pelaksanaan ibadah puasa berbeda dengan orang yang bertapa dengan tidak makan dan minum, mereka mengasingkan diri ke hutan-hutan dan menyingkir ke gunung-gunung untuk melaksanakan perenungan. Sementara orang yang berpuasa dalam Islam, kecuali hanya menahan makan dan minum serta segala hal yang mungkin dapat membatalkannya, tetap berada dan menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat sekitarnya.
Dalam agama Islam tidak dikenal konsep ‘uzlah (menghindar dari masyarakat) dan kemudian menolak sama sekali sesuatu yang bersifat duniawi. Islam mengajarkan manusia tetap berada dalam kehidupan sosial. Karenanya, orang yang berpuasa tetap berada di dalam lingkungan masyarakat. Dalam sosiologi agama, ibadah puasa barangkali dapat disamakan dengan istilah worldly ascetism, bertapa tetapi tetap berada di dalam kehidupan riil dunia.

Memaknai Puasa

1 komentar:
Ramadan telah tiba, semua umat beriman pasti gembira menyambut kedatangan tamu agung ini. Pada bulan yang penuh berkah ini, Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk melaksanakan ibadah puasa.
Dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya dalam Islam, puasa memiliki keunikan tersendiri. Puasa adalah ibadah yang sifatnya sangat personal.  Puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Ibadah salat sangat mudah diketahui, karena bisa dilakukan secara berjamaah. Ibadah zakat pun demikian pula, karena sifatnya yang timbal balik; ada yang memberi dan ada yang menerima. Terlebih lagi Ibadah Haji, orang yang pergi berhaji biasanya akan dilepas oleh sanak keluarganya dan pulangnya pun disambut dengan penuh kegembiraan. Semua ibadah tersebut bersifat aktif. Sedangkan ibadah puasa bersifat pasif, dalam arti orang yang berpuasa hanya dituntut untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membatalkan puasanya, sehingga ibadah ini lebih bersifat personal.

Memadu kasih sayang dengan Tuhan

Tidak ada komentar:
Tidak dapat dipungkiri misi utama hadirnya Islam adalah menebar kasih sayang. Tujuan Islam sejak awal adalah melatih setiap individu agar peka dan sadar akan kasih sayang dan rahmat Allah SWT, menyandarkan kehidupan spiritual mereka pada sifat-sifat Allah SWT ini, dan merefleksikan kualitas keagungan Allah SWT tersebut dalam bentuk kemanusiaan mereka serta dalam membina hubungan mereka dengan semua makhluk lain ciptaan Allah SWT.
Kasih sayang dan rahmat merupakan manifestasi dari kemuliaan Allah SWT, Di antara kata kasih sayang dan rahmat terdapat satu ruang di mana perintah Allah SWT untuk menyucikan semua tindakan kita sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari.

30 Sep 2010

Esensi Ketuhanan dan Sosial dalam Ibadah

Tidak ada komentar:
Dalam konteks ibadah, Islam selalu memiliki ajaran-ajaran yang tidak hanya memiliki esensi ketuhanan (ulûhiyyah), akan tetatpi juga esensi kemanusiaan (ubûdiyyah). Islam senantiasa menerapkan dua esensi ini untuk menyeimbangkan kehidupan manusia yang memiliki dua garis hubungan, pertama garis horizontal yakni hubungan antara dengan Tuhannya (hablumminallah), kedua garis vertikal yaitu hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya (hablumminannâs).

29 Sep 2010

Menguak Misteri Rezeki yang Berkah

Tidak ada komentar:
Dalam bekerja, kita tentu berharap mendapatkan rezeki untuk kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut akan menjadi darah, mengalir ke seluruh anggota tubuh, serta menggerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian. Jika nafkah tersebut berasal dari hasil kerja yang tidak baik—syubhat, makruh, ataupun haram—tentu darah yang mengalir dalam tubuh keluarga kita menjadi haram.
Bekerja dalam upaya mendapatkan rezeki haruslah dilakukan dengan kemampuan yang terbaik, kedisiplinan penuh, jujur, dan ikhlas, sehingga keberkahan rezeki yang kita harapkan akan kita dapatkan, dan pada akhirnya akan berujung pada kehidupan tenang dan tenteram.