Tampilkan postingan dengan label catatankecil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catatankecil. Tampilkan semua postingan

8 Mar 2018

510,-

Tidak ada komentar:
Pemandangan dari Bus 510 (lihat tuh ada imbauan 'Awas Copet')
Tulisan ini dimuat juga di geotimes.co.id

Dekil, kumal, agak bau, tapi dinanti, diminati, didambakan, bahkan dikejar-kejar. Koantas Bima 510 adalah primadona pada masanya.
Siapa pun yang pernah menetap atau sekadar singgah di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, rasanya tak dapat memungkiri bahwa bis 510 tidaklah pernah sepi dari penumpang. Bis trayek dari Ciputat menuju Kampung Rambutan ini benar-benar idola paling tidak sejak era 90-an.

Mudah-mudahan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tidak ada harapan sedikit pun untuk mendapatkan kursi di dalam bis itu jika menaikinya dari depan kampus UIN misalnya. Atau sebaliknya, tidak juga ada harapan mendapat kursi jika penumpang menaikinya di Pasar Rebo atau Kampung Rambutan sekalipun.

Kenyataan tersebut membuat para penumpang dari arah Pasar Rebo atau Kampung Rambutan misalnya yang benar-benar ingin duduk atau tidak mau berdesakan harus menaiki bis ini di pemberhentian lampu merah kemudian ikut masuk terminal Kampung Rambutan, menunggu penumpang asal Ciputat turun di Kampung Rambutan, Nah, barulah orang itu mendapat duduk, itu pun harus berebut dengan penumpang yang sudah menunggu di terminal Kampung Rambutan.

18 Nov 2013

air,-

Tidak ada komentar:
Tulisan ini dimuat juga di www.nu.or.id

Mari bernostalgia dengan air. Dulu, ketika kecil, saya selalu minum air dari kendi, sebuah teko mungil yang terbuat dari tanah. Air yang saya minum itu adalah air sumur yang dimasak dulu di dapur. Jika sudah suam kuku, air lalu dimasukkan ke dalam kendi, Jadilah air yang dingin. Jika air baru saja dimasak, dan saya sangat haus, sering kali bapak saya mendinginkannya dengan cara dituang dibolak-balikan dari gelas ke gelas. Walau haus, saya menunggunya dengan sabar.

Kini jauh berbeda, air sepertinya begitu mudah didapatkan, di depot-depot air isi ulang, di super market. Jika ingin mendinginkannya, cukup masukkan saja ke dalam kulkas, tak perlu lagi kendi. Praktis memang, tapi jelas ada yang hilang, tidak ada lagi proses pendinginan dari gelas ke gelas dan tidak ada lagi pelajaran kesabaran.
Dulu, waktu masih nyantri di Buntet Pesantren Cirebon, setiap malam jumat selalu ada acara yang disebut “Manakib-an”,  yaitu kenduri dan pembacaan shalawat untuk kanjeng Nabi Muhammad SAW, biasanya kami lakukan ini di masjid atau cukup di aula asrama. Kami membentuk lingkaran, di tengah lingkaran kami meletakkan beberapa wadah yang berisi air minum. Tak jarang, usai manakib-an, air-air itu diserbu demi mengalap berkah.

Konon, air yang diperdengarkan dengan bacaan–bacaan doa dan shalawat akan membuat air tersebut berkah, jika diminum akan membuat otak cerdas, bermanfaat dan sehat. Kepercayaan yang sudah turun-temurun ini telah sejak lama diajarkan oleh para guru saya di pesantren. Lalu saya bepikir dari mana ceritanya? Dari mana logikanya? Walaupun demikian, saya tetap percaya dengan tradisi dan kepercayaan yang turun temurun itu; kepercayaan kuat akan menghancurkan logika.

16 Nov 2013

teater

Tidak ada komentar:
The Queen and the Rebels oleh Saturday Acting Club  

Tanggal 3 Oktober tahun lalu, malam hari di Salihara, saya dan dua sohib senior sejoli Abud dan Efri, menyempatkan diri untuk menonton suguhan drama dari Saturday Acting Club, sebuah kelompok teater dari kota Jogja. Mereka membawakan naskah berjudul “Pemberontak dan Ratu”. Pementasan ini adalah bagian dari rangkaian acara festival Salihara tahun lalu. Efri yang membayari tiket kami bertiga.

Kami bertiga duduk di barisan bangku paling depan, Andri dan Efri duduk berdampingan di tengah barisan depan, sementara saya memilih duduk terpisah, yaitu di samping barisan tepat dekat salah satu pintu masuk panggung.

Saat masuk, telinga kami diperdengarkan alunan piano yang pelan. Panggungnya berbentuk proscenium, tampak setingan sebuah ruangan yang lengkap dengan satu meja dan bangku-bangku. Saya duduk sudah agak lama namun pementasan belum jua dimulai, alunan piano masih diperdengarkan. Penonton sudah penuh. Tak lama, suara piano redup berganti bunyi-bunyian rentetan senjata api, sesekali bom, dan atmosfer perang perlahan demi perlahan merasuk dalam peristiwa. Setelah itu peristiwa demi peristiwa mulai dimainkan sampai usai. Intinya keluar gedung teater kami membawa secercah cahaya terang.

12 Nov 2013

Pispot

Tidak ada komentar:
Simpel, praktis, cukup sambil berdiri, tinggal pencet tombol, selesai. Ya, itulah Pispot.  Kalau kita berkunjung ke mal atau kantor-kantor perusahaan, Pispot selalu ada di toilet laki-laki, dan tidak ada di toilet perempuan. Jadi, pispot jelas untuk lelaki, bukan untuk waria, apalagi wanita.

Di kantor, tiap kali saya masuk toilet dan bertemu dengan pispot, saya selalu bertanya kiranya siapa yang mendapatkan ide brilian membuat sebuah pispot ini? bagi saya ini menakjubkan. Pispot bukan sekadar alat untuk menyalurkan 'hasrat' buang air kecil tetapi juga sebuah simbol maskulinitas. Pispot adalah simbol kepraktisan, simpel, gampang, santai, itu senada dengan jiwa seorang laki-laki. Lalu bagaimana dengan perempuan? Apa tempat kencing mereka juga di pispot? memangnya perempuan bisa kencing di pispot? logika ini lalu menggiring ingatan saya ke beberapa tahun lalu ketika masih nyantri di Buntet Cirebon, waktu itu zaman pemilu tahun 2004, saya pernah mendengar juru kampanye partai teriak-teriak "perempuan gak boleh jadi pemimpin! karena perempuan gak bisa kencing di botol..!" sampai detik ini masih sangat saya ingat kata-kata itu. Walau bernada seksisme, namun jujur, ada benarnya juga sih. 

Selain memang tidak bisa kencing di botol, perempuan memang tidak diciptakan untuk menjadi pemimpin, karena kata Tuhan laki-laki adalah pemimpin (pelindung) bagi perempuan (lihat: surah Annisa ayat 34). Dalam shalat, Perempuan hanya boleh mengimami perempuan lainnya, jika ada laki-laki walaupun ia anaknya si perempuan tetap saja si anak laki-laki itu yang berhak menjadi imam, bahkan jika ada huntsa (waria), maka yang berhak menjadi imam dalam shalat adalah si huntsa, bukan si perempuan. Doktrin agama dan logika-logika normatif yang berlaku itu lalu semakin mengukuhkan teori bahwa seorang perempuan memang bukan dilahirkan untuk menjadi imam atau pemimpin bahkan pelindung.

11 Nov 2013

Palsu

Tidak ada komentar:
Palsu itu tidak tulen, tidak sah, lancung, tiruan, gadungan, curang, tidak jujur, sumbang, dan lain sebagainya. Siapa orang yang tidak pernah bertemu dengan si palsu ini? rasanya tidak ada. Jadi, mau tidak mau, palsu sudah menjadian bagian dari kenyataan hidup kita sehari-hari.

Palsu memang kosakata yang akrab, bahkan sangat akrab di kehidupan. Sialnya palsu tidak melulu terjadi antara satu orang dengan orang lain. Tapi terjadi pula antara diri sendiri dan diri sendiri alias terjadi di dalam diri sendiri. Ini bener loh, kita ini kerap berbuat palsu loh sama diri kita sendiri, bahasa kerennya mungkin, membohongi diri sendiri. Ngantuk bener nih.. beloman Isya, tidur dulu deh bentar, entar bangun rada maleman sekalian tahajud, dalam hati: yaa mudah-mudahan aja bisa bangun. tapi.... khhkkhh terus molor deh sampe jam 6 pagi, Subuh juga sekalian disikat. Palsu gak? Saya kalau pulang biasanya lewat Cirendeu yang rada lancaran dikit nanti keluarnya di pascasarjana UIN, soalnya jalan lebak bulus menuju Ciputat biasanya macetnya gak kira-kira. Suatu hari jalan keluar tol lebak bulus kok rada sepi.. eh kali aja ke sananya juga sepi.. tapi di hati bilang biasanya sih abis lebak bulus macetnya sableng.. pas lewat bener aja.. ternyata macetnya edan... kalau gitu mah tadi lewat cirendeu aja dah...Palsu...

8 Jul 2013

Menyoal Karya Sastra Terjemahan

Tidak ada komentar:

 Tulisan ini juga dimuat di horisononline.or.id

Ulasan tipis ini dibuat untuk kepentingan diskusi Erlangga Book Club, Sabtu 13 April 2013

Prolog 
Izinkan saya membuka tulisan ini dengan kalimat-kalimat kegelisahan yang belakangan merundungi jiwa. Beberapa minggu lalu, saudari Winda sebagai penanggung jawab acara diskusi meminta saya untuk menjadi pemateri dalam diskusi Erlangga Book Club yang kalau tidak salah baru berjalan satu kali. Yang terlintas dalam pikiran saya waktu itu adalah perihal apa kiranya yang dapat saya sampaikan? Selama beberapa hari--di tengah kesibukan saya sebagai editor--saya mencari materi yang sekiranya tepat untuk dijadikan bahan diskusi, akhirnya saya putuskan untuk membicarakan tentang problem penerjemahan karya sastra, yang sekiranya cukup layak  menjadi bahan diskusi di Erlangga book club.

Inti permasalahan pada topik ini adalah: Penerjemahan karya sastra asing yang serasa jauh panggang dari api. Banyak karya sastra berbahasa asing diterjemahkan dengan kurang baik sehingga gagasan dan informasi yang diciptakan oleh penulis tidak mampu ditangkap dengan baik oleh pembaca, misalnya pengadopsian kultur asing secara mentah-mentah—tidak disesuaikan—ke dalam kultur Indonesia tentunya akan mengakibatkan ketidakpahaman pembaca sehingga makna tulisan menjadi bias dan lepas dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis. Hal ini kemudian yang mengakibatkan tulisan kurang atau bahkan tidak berkualitas.  

Problem penerjemahan karya sastra asing sebenarnya telah banyak disinggung oleh banyak penulis dan kritikus sastra kita, seperti Goenawan Mohamad, Ajip Rosidi, A Teeuw, Mochtar Lubis, Damhuri Muhammad, Aprinus Salam, dll. Secara umum, orang-orang ini menilai bahwa perlu ada kajian khusus yang mendetail tentang perihal bagaimana menerjemahkan karya sastra asing. Tidak hanya itu, problem ini juga telah menjadi buah bibir yang sering diperbincangkan di beberapa diskusi (seminar atau pembicaraan di dunia maya), dan ternyata tak sedikit orang yang yang mengatakan bahwa penerjemahan kita kurang menggairahkan, tidak bagus, tidak layak, dan sederet kepedihan lainnya yang tak perlu ditulis di sini.

15 Mei 2013

Mengapa Waktu Shalat Berbeda-beda?

4 komentar:
blog.innomuslim.com
Shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. (QS. An-Nisa: 103). Setiap waktu shalat adalah pembuka titik balik dan cermin bagi umat manusia untuk mengejawantahkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT di setiap waktu. “Bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (Subuh). Segala puji bagi-Nya di langit, di bumi, pada malam hari dan pada siang hari (Zuhur).” (QS. Ar-Rum: 17-18).

Pergantian waktu siang dan malam, pergantian bulan ke bulan, tahun ke tahun dan seterusnya adalah sunatullah tak terelakkan. Begitu pun dengan waktu shalat yang terus berputar dari siang ke malam. Perputaran itu adalah adalah siklus yang berjalin kelindan dengan penggenapan-penggenapan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT tentu memiliki maksud tertentu dalam penetapan waktu-waktu shalat, dan kita sebagai makhluk yang diberi akal diharapkan untuk berusaha menyingkap maksud tersebut, walaupun secara hakikat, hanya Allah SWT yang mutlak mengetahui maksud-maksud tersebut.

Saat fajar datang, suara-suara azan diperdengarkan, pintu-pintu keberkahan terbuka lebar menyambut para manusia yang larut dalam keterlelapan. Fajar atau waktu Subuh adalah sebuah mukadimah di mana langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang yang menandakan sebuah hari dimulai. Di waktu ini Allah SWT memerintahkan seluruh manusia untuk melaksanakan shalat Subuh dan memanjatkan rasa syukur karena masih diberi kenikmatan hidup untuk menghirup udara dunia dan menikmati pesona langit yang terang-benderang. Allah mempersilakan manusia untuk selalu mengharapkan perlindungan dari-Nya, Tuhan yang menguasai Fajar (QS. Al-Falaq: 1). Pagi adalah simbol kebangkitan, simbol semangat dalam menyambut datangnya hari di mana kita semua memulai aktivitas.

22 Jan 2013

Kemiskinan dalam Kekayaan

Tidak ada komentar:
”Keinginan Adalah Sumber Penderitaan.” – Seperti Matahari, Iwan Fals.

Mungkin sudah lumrah sebagian kita memandang bahwa harta benda merupakan alat untuk mengukuhkan identitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan. Kekayaan harta bendawi telah menjadi tolok ukur kebahagiaan, kepuasan, dan kenikmatan hidup.

Secara kasat mata, harta benda memang telah mencukupi hidup dan kepuasan kita, namun apakah semua harta benda itu “benar-benar” mencukupi hidup kita? Atau jangan-jangan semua itu hanya kepuasan semu? Masihkah ada yang ingin kita capai? Karena terkadang kita tidak pernah merasa cukup dengan semua itu, kita terus saja menumpuk harta kekayaan, mengejar ambisi jabatan, status sosial, dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang kita cari?

Ambisi dan keinginan benar-benar telah membutakan kita. Tidak sedikit dari kita yang ketika kesulitan dan kesengsaraan melanda hidup, kita berusaha memohon mati-matian kepada Allah untuk keluar dari kesulitan tersebut, namun ketika Tuhan melimpahkan rezekinya, kita kemudian berpaling dari-Nya, kita seakan menjadi orang yang tidak sadar karena dimabuk harta yang berlimpah. Bukankah itu berarti kita telah berlaku curang? Sungguh kerdil dan tamaknya manusia.

13 Sep 2012

Fatwa MUI tentang Terorisme

Tidak ada komentar:
http://joglonet.wordpress.com

Belakangan ini, kita kembali dikejutkan oleh berita tentang munculnya teror bom yang dilancarkan orang-orang yang diduga teroris, kali ini salah satu yang menjadi target mereka adalah aparat negara (polisi dan TNI). Kejadian ini kemudian berujung pada penyisiran, penggerebekan, dan penangkapan orang-orang yang diduga teroris di beberapa wilayah di Indonesia. Berita terungkapnya persembunyian dan tertangkapnya beberapa orang teroris merupakan kabar baik sekaligus kabar buruk bagi masyarakat. Di satu sisi, para pelaku memang telah ditindak tegas oleh aparat dan terus dipersempit ruang geraknya, di sisi lain, kenyataan bahwa keberadaan terorisme sampai detik ini yang masih tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat tentu saja menjadi teror yang menakutkan bagi masyarakat.

Munculnya terorisme dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghentikannya memang sedang dalam proses, upaya penangkapan dan pengamanan melalui tangan aparat negara dan usaha deradikalisasi melalui tangan para akademisi dan tokoh agama harus pula didukung oleh peran serta seluruh elemen bangsa dalam mencegah dan mempersempit ruang gerak terorisme di Indonesia.

Persoalan lainnya yang timbul adalah terbentuknya paradigma yang keliru di masyarakat dalam mendefinisikan terorisme, momok menakutkan bernama terorisme ini selalu saja dikaitkan dengan Islam melalui ajarannya yang bernama jihad, padahal, antara terorisme dan jihad keduanya jelas merupakan tindakan yang berbeda. Maka dari itu, pemahaman tentang perbedaan antara terorisme jihad harus disosialisasikan baik oleh pemerintah, para tokoh agama, dan media massa kepada masyarakat luas agar tidak terjadi kesalahpahaman.

5 Mar 2012

Tentang Makyun Subuki

Tidak ada komentar:
Namanya Makyun Subuki (Kalau tidak salah, Saya pernah tahu arti dari nama ini, tapi maaf, sekarang lupa! *seseorang dari jauh* “yee gimana gak lupa? Gelas aja pecah ama luh!! *tiba2 hening) kerap dipanggil Mas Makyun atau Wa Buki, ada juga yang memanggil Oom Makyun… pokoknya bebas lah mau panggil apa aja.. ini kan negara demokrasi 

Tokoh kita yang ganteng ini paling gak suka sama anak muda yang kerap menyelipkan kata “secara” (dan sejenis) di sela2 kalimatnya. Sungguh bagi Makyun kata-kata itu benar2 melukai bahasa! (harap maklum! Emosi kuncen bahasa memang begitu) Ini sama saja pemerkosaan bahasa! Harus dibasmi! Begitu teriak makyun saat mengusir si *LAMHOT* (maaf disensor, gua takut kalau gua tulis namanya nanti si Ian bisa marah (secara) dia kan pacarnya), nah, terlebih karena si lamhot ini salah satu anak (yang kesasar masuk) Altar. Tidak hanya itu, kekesalan Makyun ini juga dipicu atas kenyataan bahwa si lamhot suka banget sama kartun jepang.. (Ya salaaamm.. luh tau sendiri kan? Orang Jepang aja gak Pede punya mata sipit, makanya dia bikin kartun yg matanya belo, kok malah disenengin..? walhasil marahlah si abang kita satu ini. Mereka pikir mereka sedang membangun peradaban? Padahal mereka sedang meruntuhkannya! Ujarnya di suatu hari.

27 Feb 2012

Tentang Sanggar Altar

Tidak ada komentar:

Altar itu kelompok penghujat yang selalu memprovokasi dan mengkritik kesenian di zamannya, seperti Nietzsche yang memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zamannya. Dan kedua2nya mencoba keluar dari hegemoni pemikiran Plato!!!

Altar itu kelompok pemarah, sama halnya dengan Nietzsche yang selalu menaklukkan nihilisme dan memposisikan manusia sebagai manusia purna yang memiliki kehendak untuk berkuasa. Kalau dialtarkan—meminjam istilah Risfana Faisal—istilah ini lebih dikenal dengan MANUSIA (lebih tepatnya laki-laki) MAHAL. Kalau gak salah ajaran ini pernah termanifestasi dalam ACM (Aliansi Cowok Mahal) dan JGK (Jomblo Garis Keras).

23 Feb 2012

Tentang Purwo Sasmitho

2 komentar:
foto dibajak dari facebook
Namanya Purwo Sasmitho, (entah apa yang ada di benak ayahnya waktu meminang nama ini ke dunia) kerap dipanggil ipoenk, tubuhnya segar, (silakan ciptakan garis imajiner sesuka Anda), penuh bulu tebal nan aduhai, matanya liar terlebih ketika melihat kain hitam tak bertuan. Paling tidak ada dua hal yang tak luput dari ciri khas laki-laki pecinta topi ala army ini, pertama durasi waktu mandinya yang aduhai lama dan kedua kritik spontan nan pedas ketika merespons sesuatu yang tak disukainya. 

Hidup adalah persimpangan panjang nan membosankan begitu ucapnya ketika suatu saat kami terlibat dalam perbincangan (gua harap luh lupa kata-kata itu poenk). Ipoenk tak pernah merasa lelah jika ia menginginkan sesuatu, selama dengkul belum copot dari kaki, selama itu juga harus dikejar. Pola pikirnya yang sistematis telah membawa ia diklaim beberapa pihak sebagai manajer andal. Terbukti di beberapa pertunjukan, ia tercatat sukses sebagai pimpro alias pimpinan proletar eh maksudnya produksi.

17 Feb 2012

Tentang Hendri Yetus Siswono

3 komentar:

foto diambil saat Hendri mengumumkan saldo amal musolah
Namanya Hendri, kerap dipanggil Mashen, Yetus, atau Rahim (yang terakhir ini panggilan aneh dari abeng, entah dari mana asal-usulnya, saya sempat menanyakan kepada yang bersangkutan, tapi cuma dijawab “wih wih wih berkembang luh ben.. berat pule.. apa yang mau diangkat? Nah, repotkan nerusinnya? Yaudah biarin aja”). Wajah rupawan, senyum manis menawan menyungging dari gigiya yang gingsul aduhai, rambut tebal, lebat nan hitam pekat rapi tertata dan klimis, kumisnya tipis, pertanda ia rajin merawatnya, matanya sedikit sayu dan nanar namun cukup membuat para wanita rela bergelantungan di bahunya. Setelan kemeja putih dengan susur-susur hitam lembut garis simetris ke batas bawah dan celana jeans mulus wangi kerap membalut tubuhnya. Tidak terlalu tinggi memang, namun terlihat (ingat! terlihat) kekar dan cukup atletis. Biasanya tas pinggang hitam model tergress selalu menghuni bahu kanannya, di dalamnya terdapat paling tidak dua bungkus rokok gudang garam filter, buku sastra (lebih spesifiknya kumpulan puisi WS. Rendra), dan beberapa biji koinan sisa kembalian beli rokok. Perangainya lembut, padahal alisnya tebal (itulah uniknya, hah unik? Barang antik kali?) Tutur katanya tertata baik, pertanda dia doyan baca dan diskusi, terlebih ketika ia tengah menggoda seorang perempuan.  

16 Feb 2012

Mulla Shadra; Jembatan Arus Pemikiran

3 komentar:
Isroqiyyah http://isyraq.wordpress.com
Kita telah mengenal dua aliran filsafat yang—konon katanya—saling bersebrangan, yaitu filsafat Peripatetik dan Iluminasionis, selain dua aliran tadi, kita pun juga telah mengenal Teologi dan Tasawuf. Secara garis besar, dari keempat aliran yang disebutkan di atas, terdapat dua metode yang dianggap ‘hampir sama’, yang digunakan oleh masing-masing aliran di atas. Metode yang dipakai oleh kaum teologi dan peritatetisme, bersifat deduktif atau silogistik, yakni penyusunan premis-premis dari kebenaran umum untuk menghasilkan kesimpulan. Sedangkan kaum sufisme dan Iluminasionis berangkat dengan metode Intuitif atau eksperiensial, yaitu, bahwa mengetahui sesuatu adalah untuk memperoleh suatu pengalaman tentangnya (sesuatu tersebut), yang berarti pula, intuisi primer atas determinan-determinan sesuatu.

Empat aliran, dalam ulasan singkat di atas, kemudian dipertemukan dalam suatu pandangan (mazhab) baru, yaitu filsafat Mulla Shadra, sosoknya—oleh Karen Amstrong—disebut-sebut sebagai filusuf mistik syi’ah, yang karyanya menjadi inspirasi bagi para cendikiawan, para revolusioner, dan modernis, terutama di Iran . Perbedaan mazhab Peripatetik dan Iluminasionis—meminjam istilah Murtadha Muthahhari—mulai ‘didamaikan’ oleh Shadr al-Muta’allihin. Ia juga telah berhasil menjawab pelbagai hal yang menjadi pertentangan antara filsafat dan tasawuf (irfan). Bahkan Murtadha Muthahhari menilai filsafat Mulla Shadra telah berperan sebagai jalan persimpangan yang menemukan Peripatetisme, Iluminasionisme, irfan, dan teologi/kalam. Namun pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas secara tipis, kulit bagian luar dari filsafat Mulla Shadra, yaitu yang terbagi pada tiga wilayah pengulasan, antara lain seputar biografi dan dua pandangannya tentang hakikat jiwa dan wujud.     

MUI, Kontroversi Fatwa MUI, dan Buku Himpunan Fatwa MUI

Tidak ada komentar:
Bagi kita—yang beragama Islam dan hidup di abad sekarang ini, nama Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga agama yang membidani berbagai kelahiran keputusan agama (baca: fatwa) tentu tidak asing lagi. Lembaga ini dikenal masyarakat sebagai lembaga yang berwenang dalam memusyawarahkan suatu masalah yang berkaitan dengan masalah agama dalam masyarakat. Ide pelembagaan agama yang kemudian dinamakan dengan Majelis Ulama Indonesia ini sebenarnya adalah cita-cita lama para ulama, zuama, dan cendekiawan Muslim sejak dulu, namun ide tersebut baru terealisasi pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta. Majelis Ulama Indonesia—seperti yang ditulis dalam laman resmi MUI—adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama, dan cendekiawan Muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri atas kesepakatan dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan, dan zuama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

25 Okt 2011

Merasa ditegur Tuhan

Tidak ada komentar:
Hari ini saya merasa ditegur Tuhan. Lagi panas2nya nunggu lampu merah, tiba2 motor saya ditabrak mobil Inova dari belakang. Sumpah! kesel banget! Pas nengok ternyata yg nyetir perempuan. Lihat sekeliling pengendara motor yang lain seakan berseru emosi, Turun! turun! gedor kacanya! tendang pintunya!! Saya yg juga emosi tadinya mau menuruti perintah massal itu, tapi jadi gak tega pas melihat perempuan itu memasang mata nanar bak kucing yang minta Bandeng. Akhirnya.. saya yg gak tegaan memutuskan yah sudahlah!! lampu juga sudah hijau! artinya mungkin itu tanda bahwa Tuhan lebih sayang perempuan itu. Saya pacu kembali si kuda besi sambil sesekali melihat ke bagian belakang, adakah lecet yg signifikan di sana? saya membatin. Mudah2an tidak ada. Atas kejadian ini saya merasa saya harus bersyukur karena masih diberi kenikmatan "kesabaran" yg dititipkan Tuhan lewat perempuan bermata nanar itu. Thanks God..

4 Agu 2011

Bronkitis infeksiosa

4 komentar:
gambar: http://pneumoncy.com
Rabu malam (3 agustus) Saya divonis dokter mengidap Bronkitis. nyesek sih, tapi lega, saya jadi tau penyakit yang selama ini setia menemani hari-hari saya. Memang sudah sejak lama saya ingin memeriksakan kondisi napas yang sesak dan dada yang sakit ini, tapi males ditambah lagi waktu yang susah nyarinya. Penyakit ini memang sangat akrab dengan perokok dan pengendara motor seperti saya. Bahkan kata teman-teman saya waktu mereka mengomentari status saya di facebook, penyakit ini adalah penyakit langganan para aktivis (selain tipes dan penyakit kulit) biasanya baru akan terasa setelah resign dari segala pekerjaan aktivisnya, (jiyaaa luh kira itu pekerjaan ada perusahaannya hahahahaa), akan terasa ketika mulai berkeluarga dan tentu saja akan terasa ketika mulai berumur. Bronkitis, begitulah kata pertama yang saya dengar usai sang dokter meraba-raba dada saya (upss jangan ngeres yah... saya kan cowo dan dokternya juga cowok, udah tua lagi, ubanan, namanya dokter Sim, ada kok no. Hp nya, mau? facebook, twitternya juga ada). Awalnya saya mencoba santai mendengar kabar itu, "oh.." begitu ucap saya sambil mengerenyitkan dahi. Tapi kok lama-lama pas dokter menjabarkan apa itu Bronkitis dari a sampai z pulang-pergi, saya mulai ketar-ketir.. serem juga nih... wah... waktu itu jujur saya cuma bisa bengong sambil gigit 4 jari sambil menatap jendela berembun seraya membayangkan peluk-pelukan, foto-foto bareng saat perpisahan nanti dengan nikmatnya rasa rokok Dji Sam soe, entengnya Sampoerna Mild, dan mantapnya Marlboro. Aduh sedih jadinya (minta tisu dong, sekalian es teh manis uah segelas) Baiklah, saya teruskan, malam itu saya rasa cukup sudah ceramah agama pak dokter nyemplung di tempurung otak saya. Saya mau pulang, buru-buru minum obat, mau tidur dan berharap besok masih ada harapan untuk memugar tulang rusuk saya yang amburadul dan hampir hancur karena kenikmatan semata (menatap sinis pada batang-batang rokok). Mudah-mudahan saya bisa melewati segala cobaan ini (maksudnya cobaan untuk tidak merokok) hik hik hik itu sungguh berat buat saya (bukan kah begitu?? *para perokok menyambut riuh sambil mengangkat botol bir "betuuuuuullll"). Terakhir saya ingin mengutip kalimat teman saya (Abah Tata Masta) yang saya rasa ada benarnya juga: "Berhenti merokok, atau berhenti bernapas!" (Oh tentu saja say milih berhenti bernapas supaya bisa ngeroko sepuasnya di surga hahaha begitulah kira2 jawaban nakalnya). Piss Ah...

Oh iya di bawah ini ada info tentang penyakit Bronkitis, kali aja bermanfaat untuk dibaca. Ciauuuu

2 Agu 2011

Hari Pertama Bulan Puasa

Tidak ada komentar:
ilustrated by: bahtyarz.blogspot.com
Bulan puasa memang selalu ditunggu-tunggu. Karena satu bulan penuh agenda semua orang mendadak berubah drastis. Mulai dari jadwal makan, jadwal ibadah, jadwal pacaran, sampai jadwal hang out. Wajah bumi pertiwi juga akan mendadak berubah drastis. Di jalan-jalan banyak orang menjual makanan ringan untuk berbuka (takjil) dimulai dari es buah, pacar cina, kolang-kaling sampai kolak biji salak pun tersedia. Televisi dan radio-radio juga tidak mau ketinggalan, iklan mereka berlomba-lomba menghubung-hubungkan produk mereka dengan bulan puasa, tentunya tidak lupa disertai dengan ucapan "selamat menunaikan ibadah puasa".