“Religious man deeply desires to be, to participate in reality, to be saturated with power.” –Mircea EliadeMari bicara cinta. Apa Anda percaya, bahwa karena cinta, Tuhan memercikkan ‘hasrat’-Nya untuk mencipta kreasi sempurna bernama Manusia? Atau, apa Anda lebih percaya, bahwa karena manusia, Tuhan mencipratkan ‘kuasa’-Nya untuk mencipta kreasi terbaik bernama cinta?Betapa pun kita membolak-balik kemungkinan itu, saya kira hasilnya sama saja. Karena cinta atau karena manusia, cinta tidak mungkin kita pisahkan dari Tuhan. Ketiganya menjadi rangkaian sebab-akibat dan jalan logika, bagi siapa pun itu.Tuhan adalah ide tertua yang pernah ada dan dikembangkan manusia, begitu menurut Karen Amstrong. Bagi saya, ide itu berjalan penuh bersama pencarian manusia akan cinta. Karena sejatinya, cinta yang membawa manusia mencari Tuhannya. Cinta adalah sumber hidup dan kehidupan manusia.Cinta hadir sejak zaman azali dan tetap ada sampai setua apa pun dunia ini. Bukankah umat Muhammad selalu mencita-citakan itu? Cinta yang terbungkus energi dinamis dan aroma yang terus bergolak dan menggelora dalam lamat-lamat selawat.Tak peduli mata yang buta, kaki yang lumpuh, cinta membuncah Busyiri dalam Syair Burdah, melipat Bediuzzaman Said Nursi dalam metafor zaman yang tercium seperti baru kemarin sore.
Tampilkan postingan dengan label cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta. Tampilkan semua postingan
30 Mei 2022
cinta,-
12 Mei 2020
kopi,-
![]() |
Kedai Kopi Kong Djie, Blitong 2018 |
“Tidak ada yang
begitu amat mengena di hati selain rasa manis yang muncul dari isak tangis
bersama.” –Rousseau.
Kawan,
izinkan saya bicara sedikit perihal kopi. Tentu bukan dalam perspektif ahli
apalagi seorang sufi. Ini murni dari seorang penikmat kopi. Tidak lebih.
Bicara kopi, tentu kita akan banyak menemukan seabrek informasi
di alam daring, misalnya dalam hal bahasa. Kata “kopi” diadaptasi
dari bahasa Arab “qahwa” atau “kahve” dalam istilah Turki. Kata ini mulai diadaptasi
ke dalam banyak bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an, seperti bahasa Belanda
“koffie”, bahasa Perancis “cafĂ©”, bahasa Italia “caffè”, bahasa Inggris
“coffee”, bahasa Cina “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, dan bahasa melayu
“kawa”. Hampir
semua istilah untuk kopi di berbagai bahasa memiliki kesamaan bunyi dengan
istilah Arab. (Wiliam
H. Ukers dalam All About Coffe (1922) seperti
disitir
oleh laman sasamecoffee.com.).
Kopi,
sejak tahun 1453, sudah diperkenalkan oleh Ottoman Turki di Konstantinopel. Kedai
kopi pertama di dunia yang bernama Kiva Han pun berada di kota ini, tepatnya dibangun
22 tahun setelah diperkenalkan.
Saya
percaya jika kopi merupakan salah satu minuman favorit orang-orang saleh. Dulu waktu
nyantri, saya pernah mendengar seorang kiai bercerita, kopi dan rokok adalah
teman sehari-hari kaum santri. Para santri meminum kopi agar bisa terjaga di
malam hari untuk membaca kitab kuning, dan rokok menjadi alat penerangannya. Tak
hanya sebagai alat untuk menghilangkan kantuk, kopi pun menjadi sarana untuk
berzikir. Saat mengaduk kopi, konon hitungan mengaduknya dihitung
sampai 33 kali ke arah kanan dan 33 kali ke arah kiri. Terus terang, cerita itu
sangat memesona saya.
10 Apr 2013
Menara Cinta
![]() |
cover by: Mayka R. Asnawiyyah |
Penulis: Widuri R. Al Fath
Editor: Hijrah & Adhika Prasetya
Tebal Hal: 280
Tahun Terbit: 2013
Novel berjudul Menara Cinta yang ditulis oleh Widuri R. Al Fath bercerita tentang perjalanan hidup cinta Zalfa seorang akhwat (muslimah yang taat terhadap agamanya) yang mencintai Arizona sahabatnya. Zalfa tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Arizona sampai akhirnya Arizona menikah dengan orang lain. Beberapa tahun kemudian Arizona bercerai dengan istrinya dan ingin menikahi Zalfa, keduanya masih saling mencintai, namun cinta mereka ini lagi-lagi kandas karena tidak direstui oleh ibunda Zalfa.
***
Novel ini memiliki struktur plot yang linear. Srtuktur cerita cerita Dimulai dari eksposisi, penanjakan peristiwa, konflik, sampai pada anti klimaks. Namun demikian, penulis cukup cermat menciptakan struktur yang acak, yaitu dengan lompatan-lompatan peristiwa (fragmen) dan letupan-letupan konflik kecil maupun besar secara acak.
Plot novel yang berstruktur linear biasanya akan membuat pembaca cepat bosan, padahal sebuah novel membutuhkan lompatan-lompatan peristiwa atau fragmen yang syarat konflik untuk menjaga mata pembaca tetap betah membaca. Namun dalam novel ini, penulis cukup cermat menciptakan konflik-konflik kecil di sela-sela menginformasikan peristiwa-peristiwa yang panjang dan melebar sehingga peristiwa yang terjadi tidak hanya menjadi rentetan peristiwa yang disusun kronologis. Aksentuasi dan penekanan karakter tokoh-tokohnya cukup mendalam digambarkan, misalnya penulis turut menginformasikan secara detil latar belakang keluarga, suku, dan golongannya. Tokoh dalam cerita ini cukup unik dan banyak, namun penulis selalu mengekspose tokoh sentral, hal itu dilakukan untuk menjaga intensitas penokohan dalam cerita.
Langganan:
Postingan (Atom)