14 Jul 2011

“Pak Azra Bagai Kendaraan yang tak Punya Spion”

Pak Azra—begitu biasanya Prof. Dr. Azyumardi Azra disapa—sumingrah saat suara tepuk tangan para tamu undangan mengiringi ia dan tiga orang lainnya, Bagus Priambodo (Presenter TVOne), Todung Mulya Lubis, Ph.D (Advokat/Ketua IKADIN), dan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), naik ke atas panggung. Kehadiran keempat orang ini tidak lain adalah sebagai pembicara pada acara peluncuran buku berjudul: “CERITA AZRA; Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra”. Peluncuran buku yang bertemakan: “Menelusuri Perjalanan Hidup Sang Permata Hijau yang Diakui Dunia” ini diselenggarakan oleh Penerbit Erlangga pada tanggal 23 Juni 2011, dimulai dari pukul 18.00 WIB di Diamond 1, Lobby Level Hotel Nikko Jakarta.
“Cerita Azra” bukanlah sekadar cerita, lebih dari itu, ini adalah buku biografi Prof. Dr. Azyumardi Azra yang paling pertama di Indonesia, yang mendedah riwayat perjalanan seorang pemikir berkelas dunia, Azyumardi Azra. Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini namanya dikenal di tengah masyarakat sebagai Cendekiawan Muslim dan pengamat Timur Tengah. Pemikiran-pemikirannya sangat berpengaruh dan selalu dijadikan rujukan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan dunia keislaman. Boleh jadi Penerbit Erlangga sangat berbangga hati untuk menerbitkan buku yang bergengsi ini.
Acara yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini mampu menyihir para tamu undangan yang datang baik dari kerabat Pak Azra ataupun undangan dari media massa. Para audience tidak beranjak dari tempat duduknya, karena begitu banyak cerita-cerita menarik yang terungkapkan dalam acara tersebut. Dimulai cerita masa-masa kuliah dahulu di Amerika yang diceritakan oleh teman baiknya (Todung Mulya Lubis) sampai cerita seru yang diceritakan oleh Komaruddin Hidayat saat masih kuliah dulu di IAIN Jakarta. Menurut Komaruddin Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, derap pemikiran Pak Azra itu ibarat kendaraan yang tak punya spion, melaju dengan cepat tanpa memikirkan apa yang ada di belakang. “Ia patut dibanggakan” tandas tokoh yang menyebut dirinya kakak senior pak Azra waktu di kampus dulu.
Tak kalah menariknya komentar dari Andina Dwifatma sang penulis buku yang berprofesi sebagai wartawati, menurutnya menulis biografi Pak Azra adalah pekerjaan yang menguras emosi dan “berdarah-darah” tandasnya sambil tertawa. Namun, ia mengaku sangat beruntung dapat berkesempatan membuat buku seorang tokoh besar yang ia kagumi semenjak kuliah dulu, karena ia hanya mengenal Pak Azra dulu lewat tulisan-tulisannya yang dahsyat.
Acara semakin hangat dan meriah saat H.M Jusuf Kalla dan istri tiba di tempat acara. Tanpa basa-basi Bagus Priambodo segera membombardir Pak Kalla dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan Pak Azra. “Pak Azra ini memiliki integritas yang luar biasa, dan hebatnya lagi integritas itu ia bangun dengan kesederhanaan” ucap Kalla saat ditanya perihal mantan Deputi Sekretaris Wakil Presiden (Seswapres) Bidang Kesra pada saat Pak Kalla menjabat.
Acara ini ditutup dengan penandatanganan buku (Book Signing) oleh Pak Azra. Audience sangat bersemangat, beberapa bahkan minta foto bersama. Begitulah adanya, bak selebritis mereka dikepung para penggemar. Namun, kita patut berbangga, karena memiliki anak bangsa yang berkilau bagai permata hijau, seperti yang ditasbihkan makna di balik namannya, Azyumardi Azra.

1 komentar:

  1. -- pa' azra oh pa' azra ---

    kampus aja g ke-urus,

    mata kuliah yg ngajar bukan dia,..

    BalasHapus