29 Okt 2011

Nasionalisme di Persimpangan

Tidak ada komentar:
Desain Cover By: Farid Sabilach Rosyad
Judul:Nasionalisme di Persimpangan 
Penulis: Dr. Ali Masykur Musa
Editor : Tim Editor Divaro
Penerbit: Erlangga, 2011
Halaman: xii+228


Salah satu warisan terbesar ideologi modern adalah nasionalisme. Nasionalisme atau paham kebangsaan muncul di Eropa pada penghujung abad ke-18 dan menyebar ke berbagai penjuru dunia pada abad ke-19 dan 20. Bagi negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, nasionalisme mengilhami gerakan perlawanan melawan kekuatan kolonial. Paham kebangsaan merupakan pandangan, perasaan, wawasan, sikap, dan perilaku suatu bangsa yang terjalin karena persamaan sejarah, nasib dan sepenanggungan untuk hidup bersama-sama secara merdeka dan mandiri. Para pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Wahid Hasyim, dan lain-lain, mengambil paham ini sebagai motivasi perjuangan. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bagian dari organisasi perjuangan telah menunjukkan partisipasi aktif tidak saja untuk memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga untuk mempertahankannya. Pasukan Hizbullah, Sabilillah, serta Resolusi Jihad yang diinisiasi oleh KH Hasyim Asy’ari merupakan implementasi dari wawasan kebangsaan NU dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.

25 Okt 2011

Merasa ditegur Tuhan

Tidak ada komentar:
Hari ini saya merasa ditegur Tuhan. Lagi panas2nya nunggu lampu merah, tiba2 motor saya ditabrak mobil Inova dari belakang. Sumpah! kesel banget! Pas nengok ternyata yg nyetir perempuan. Lihat sekeliling pengendara motor yang lain seakan berseru emosi, Turun! turun! gedor kacanya! tendang pintunya!! Saya yg juga emosi tadinya mau menuruti perintah massal itu, tapi jadi gak tega pas melihat perempuan itu memasang mata nanar bak kucing yang minta Bandeng. Akhirnya.. saya yg gak tegaan memutuskan yah sudahlah!! lampu juga sudah hijau! artinya mungkin itu tanda bahwa Tuhan lebih sayang perempuan itu. Saya pacu kembali si kuda besi sambil sesekali melihat ke bagian belakang, adakah lecet yg signifikan di sana? saya membatin. Mudah2an tidak ada. Atas kejadian ini saya merasa saya harus bersyukur karena masih diberi kenikmatan "kesabaran" yg dititipkan Tuhan lewat perempuan bermata nanar itu. Thanks God..

24 Okt 2011

The Rebel Sell

Tidak ada komentar:
Saya punya teman yang mati-matian menolak jika diajak ngopi di Starbucks. "Anti!" katanya. Teman saya yang lain nggak mau pakai sepatu Nike. Alasannya, tak ingin melukai hati para buruh yang dibayar murah untuk membuat sepatu itu. Ada lagi teman yang berjanji pada dirinya sendiri untuk seumur hidup tak menginjakkan kaki di mall, dan bangga dengan identitas "keudikan" yang senantiasa ia jaga dan pertahankan di tengah kehidupan urban Jakarta. Begitulah, sampai hari ini sikap dan keyakinan yang berakar pada ide "budaya-tanding" masih hidup dan tumbuh subur di mana-mana. Masih banyak orang yang meyakini bahwa menantang arus itu keren; membebaskan diri dari trend itu hebat; menjadi pemberontak itu heroik. Memakai kaos Che Guevara adalah jihad terbesar untuk menunjukkan sikap anti-kapitalis. Makan sayuran organik itu suci karena mengandung makna perlawanan terhadap fast food. Mempelajari Budhisme ( dapat salam dari Dee) akan membuatmu berada di barisan depan kaum antimaterialisme Barat. Jika semua itu belum cukup, setahun sekali kamu harus berpartisipasi dalam "acara" Hari Tanpa Belanja, mendengarkan hanya musik band-band indie (major label itu pelacuran), menyembah Jean Baudrillard yang bukunya "Simulacra and Simulation" telah menjadi kitab suci kaum anti konsumerisme ("kebutuhan itu hanya ilusi yang diciptakan oleh iklan"), dan memuja slogan Do It Your Self ("perbaiki daripada beli; berhenti fitness dan perbanyak jalan kaki").

19 Okt 2011

TOTO DAN SEBILAH KUJANG

Tidak ada komentar:
ilustrasi oleh: laritelanjang.net
Toto melangkah dengan cepat melewati lorong-lorong kecil. Kakinya yang telanjang menghantam dinding-dinding comberan. Matanya yang kendur ia pejamkan sesekali lalu kembali ia buka lebar-lebar demi menahan kantuk yang luar biasa. Tangan kirinya terkepal keras, tampak urat-urat tangannya terlihat begitu jelas. Mulutnya tak henti komat-kamit, entah racauan apa yang ia ucapkan, tidak terlalu jelas, namun ada aroma amarah yang tesulut di sana. Tangan kanannya mengepal erat sebilah Kujang, erat sekali, sampai-sampai tangan dan Kujangnya menjadi sebuah kesatuan mengeras dan membatu. Keringat yang sejak tadi mengucur di parit-parit dahinya ia abaikan. Bahunya mengeras. Tampak dendam telah melilit jiwa dan raganya, darahnya mendidih, napasnya memburu, haus, seakan-akan menghanguskan apa saja yang menghalanginya. 

Toto terus melangkah. langkah-langkah yang lebar ia hujam ke setiap detik-detik yang bergulir, menggelinding dihantam ketidaksabaran. Luka, ialah luka, apalagi yang lebih menyakitkan daripada sebuah luka. Luka yang terus memburu Toto dalam amarah, amarah yang terus menari di atas luka-luka yang ditorehkan orang yang sedang ia cari di sini, di kerumunan banyak orang, sebuah terminal kumuh di kota Majalengka.

[]
Dua bulan yang lalu Toto masih tinggal di pesantren, tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat asalnya, Terminal Bus. Masuk pesantren adalah pilihan Toto sejak ia keluar dari Lembaga Permasyarakatan dua bulan silam. Ia ingin benar-benar bertobat setelah kelam menjalani hari-harinya yang keras di tengah terminal. Semua kejahatan pernah ia lakoni, merampok, menjambret, menodong, bahkan membunuh sepertinya sudah menjadi hal yang biasa baginya, dan keluar-masuk penjara sudah sering kali ia alami. Toto memang benar-benar ingin insyaf. Baginya, tiada yang mampu mengemudikan hidupnya selain seseorang, yaitu ibu.
 

Toto yang kini menjalani hari-hari layaknya para santri yang lain dapat berubah sebegitu drastisnya tentu dikarenakan permintaan sang ibu yang tidak ingin melihat anaknya terus terpuruk dalam kekelaman. Siapakah yang menginginkan anaknya berkubang dalam kekelaman? Tentu tidak ada.

Selama di pesantren Toto memang tidak lantas langsung melahap dan mempelajari dan melahap ilmu-ilmu agama dari kitab klasik, karena baginya itu terlalu sulit, terlebih latar belakang dan orietasinya yang berbeda dengan santri-santri lain. Tidak lebih dari itu, Toto hanya menginginkan tempat yang tenang di mana ia dapat merenung dan bertobat dengan khusuk. Setiap malam Toto terjaga demi melaksanakan shalat Tahajud dan shalat Taubat. Tak jarang usai shalat Toto menitikkan air mata. Tampaknya kehidupan lamanya begitu kelam sehingga doa yang dipanjatkannya pun begitu dalam.

Dalam hal pergaulan Toto dikenal normal-normal saja, sama seperti santri-santri yang lainnya, walaupun tampang dan perawakannya menyeramkan tapi sesungguhnya ia memiliki perangai yang lucu dan humoris. Toto memang dikenal dengan perawakannya yang tinggi  besar, paras wajahnya yang beringas, dan tubuhnya yang dipenuhi tato. Siapa pun yang melihatnya dapat segera menghakimi orang macam apa dia.

Dari minggu ke minggu Toto menjalani hari-harinya yang baru, ia mulai berdaptasi dengan pola hidup lingkungan sekelilingnya. Kesegaran baru dalam menjalani hidup ia renguk penuh dengan penuh kebahagian, di sana di tempat anak-anak bangsa menimba ilmu. Toto benar-benar mengalami perubahan yang drastis, mungkin inilah yang disebut dengan konsekuensi dari sebuah perubahan.

Suatu hari ia menerima surat dari Uzlah Utini. Seorang gadis desa tempat Toto dilahirkan. Seorang yang selama ini menjadi peraduan hati dan jiwa Toto. Uzlah adalah orang kedua yang mampu mengendalikan Toto. Toto sumingrah. Dengan sedikit kikuk Toto membuka surat yang dikirimkan Uuz, nama panggilan kesayangan Toto pada Uzlah Utini kekasihnya. Senyum lebar tersungging di ujung lekuk bibir Toto kala mulai membaca surat. Namun lama kelamaan wajah Toto berubah drastis, dahinya merapat, alisnya naik, tangannya terkepal kuat dan napasnya memburu. Toto terlihat tidak mampu menahan amarahnya. Namun dengan penuh ketenangan ia mencoba untuk mengatur emosi yang semakin lama semakin memuncak, matanya nanar, begitu dalam dan jauh.

Toto bergegas mempersiapkan sesuatu seadanya, para santri tidak ada yang mencurigai tindak tanduknya, ia begitu pintar menyembunyikan sesuatu dalam dirinya sehingga para penghuni asrama tidak tahu sama sekali apa yang ia rasakan saat itu. Dengan langkah-langkah besar Toto meluncur tajam ke jalan setapak di belakang pondok, dengan tergesa-gesa ia masuk ke ladang tebu untuk sampai ke jalan raya.

Toto hanya membutuhkan dua jam perjalanan dari pesantren menuju terminal Majalengka, namun baginya waktu tersebut begitu lama karena ia sudah tak sabar menunggu. Kini pemandangan sebuah terminal kumuh tepat di depan bola mata Toto. Ia mendatangi kerumunan orang-orang, matanya garang, tubuhnya kencang terpancang urat-urat yang keluar mengakar, orang-orang berhamburan. Matanya seperti radar memburu apa yang ia cari.
 

“Hai sini kau, anjing!” teriaknya kepada seorang laki-laki kurus penjual kacang goreng yang sejak tadi ketakutan.
 

“Di mana si jangkung?” teriak Toto.
“Saya nggak tahu!” jawab laki-laki tadi. Toto menyeringai. Orang-orang berhamburan. Disepaknya orang tadi laksana bola, Toto tidak tinggal diam ia terus memburu apa yang ia cari, sebuah hadiah yang ia idam-idamkan dari kabar yang menyesakkan. Menyesakkan jiwanya, raganya, dan seluruh hidupnya. Namun sampai detik itu, apa yang ia cari belum kunjung tampak di matanya. Toto masih tetap memburu, laiknya truk tronton yang sedang menghancurkan rumah-rumah bedeng kaki lima. Ia menggerus dan meluluhlantahkan semua yang ada di hadapannya.
 

Di balik kerumunan orang yang berhamburan mata Toto seakan menangkap isyarat. ya, sesuatu yang ia idam-idamkan, dan kini ia telah mendapatkannya. Tanpa aba-aba Toto melesat pada sosok yang dituju, matanya tak lepas mengekor, Toto benar-benar memburunya seperti hendak kiamat, tak ada waktu lagi, semua harus terselesaikan. Ia terus mengejar laki-laki berjaket lusu itu, seluruh wajahnya dipenuhi ketakutan, urat-urat di jidatnya keluar seperti menantang teriknya matahari. Sekuat mungkin ia lari. Lari dari kejaran Toto yang sudah berubah jadi budak amarah yang menyala-nyala. Padahal laki-laki itu sudah lari sekencang-kencangnya, namun Tuhan berkehendak lain, mangsa itu telah berada dalam cengkeraman sang pemburu, sedikit perlawanan yang diburu hanya melukai tangan dan perut Toto, tidak masalah, semuanya tidak begitu berasa baginya. Kujang yang sejak tadi menghuni tangan Toto begitu cepat kini telah bersarang tepat di dada kiri laki-laki apes itu, bertubi-tubi Toto melepaskan amarahnya yang menyatu dengan rasa tega pada seonggok tubuh di hadapannya. Semua orang hanya terpaku, tak ada yang mampu berbuat apa-apa.
 

Semua seakan bisu. Tubuh malang itu kini terkapar bersimbah darah, ia sudah tidak berdaya, namun bagi Toto tubuh malang itu seakan masih menyembulkan rasa kebencian dan muak yang sangat dalam untuk dirinya. Dihirupnya udara ketenangan, ia maki sejenak mayat itu lalu meludahinya. Tubuh yang malang. Begitu malang sampai tak ada yang mengenali siapa seorang yang dibunuh itu. Toto bergegas pergi seperti hilang ditelan awan.

Sejak kejadian itu Toto menghilang entah ke mana, namun saat ini jelas ia kini telah menjadi buronan polisi atas pembunuhan seorang laki-laki di terminal. Tidak ada satu pun yang mengetahui ke mana Toto menghilang. Beberapa hari setelah kejadian semua orang mengenal Toto dimintai keterangan termasuk Kyai Mansyur pengasuh pondok pesantren tempat Toto menimba ilmu. Namun nihil, tidak ada yang mengetahui keberadaan Toto. Tiga bulan sudah Toto menghilang. Berita yang tadinya sempat santer di kalangan masyarakat umum khususnya di lingkungan pesantren seakan hilang ditelan bumi, sampai pada satu malam Toto datang ke pondok dengan tergesa-gesa.
 

Tubuhnya berkeringat, napasnya tak beraturan, dari balik dedaunan pohon pepaya di belakang pondok Toto mencoba memanggil seseorang dengan berbisik lirih. Ahmad yang ternyata mendengar suara dari balik kegelapan ini mencoba menghampiri, ia memicingkan mata. Alangkah kagetnya yang dilihat ternyata Toto, orang yang selama ini menjadi topik pembicaraan yang tak sudah-sudah. Ahmad menghampiri Toto, ia sama sekali tidak melihat wajah ketakutan di mata Toto. Ia begitu tenang, namun ia tampak tidak memiliki banyak waktu. Ia menceritakan semua perihal peristiwa yang ia alami. Ia bahkan menceritakan detil setiap peristiwa yang ia alami. Kata-kata membuncah begitu saja bagaikan peluru yang tak henti-henti. Ahmad hanya mengangguk-angguk. Ia benar-benar terdiam dan sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Toto tampaknya sudah selesai dan begitu tenang menyampaikan semuanya kepada Ahmad. Ia yang tak punya waktu banyak menepuk punggung Ahmad.
 

“saya pamit kawan, saya titip Kujang ini, tolong rawat baik-baik, ini adalah pemberian ayah saya, saya tidak mau dipegang oleh orang yang tidak saya kenal. Terima kasih kawan semoga kita dapat bersua lagi” Toto hilang ditelan gelap, Ahmad cuma bisa terdiam sambil menggulung Kujang pemberian Toto dengan kain. Dalam benaknya ia tidak bisa berkata Toto telah melakukan yang benar atau yang salah.
 

Toto telah pergi, namun entah ke mana, tak ada lagi yang ia kasihi, karena yang ia kasihi telah pergi menghadap Tuhan walau dengan aib dan nista yang dibawa, Uzlah bunuh diri namun itu bukan kehendaknya, kekasihnya dihamili oleh seseorang yang sangat dekat dengan dirinya, seseorang yang selama ini banyak mendapatkan pelajaran tentang bertahan hidup dengan kekerasan, kejahatan, dan kekejaman di terminal, seseorang yang selalu memanggil kakak kepada Toto. Seseorang yang mati terkapar bersimbah darah ditikam Kujang oleh Toto, kakak kandungnya sendiri, yang tak mampu menanggung malu dan aib adiknya sendiri terutama di depan kekasihnya Uzlah Utina yang terlebih dahulu menghadap Yang Kuasa.

Untuk sahabatku Toto
Semoga kita dapat bersua kembali kawan!

Seperti dimuat di laritelanjang.net

11 Okt 2011

Sayembara Penulisan Naskah Drama Nasional(pelajar-mahasiswa)

Tidak ada komentar:
FTI berkehendak untuk menggairahkan kembali semangat menulis naskah drama, merangsang para penulis muda untuk juga bergiat di dalamnya, dan pada akhirnya meningkatkan perbendaharaan naskah Indonesia. Tidak tertutup pula harapan naskah-naskah baru tersebut dapat menjadi alternatif terutama bagi pertunjukan yang semakin dapat mewakili hidup dan persoalan-persoalan kemasyarakatan mutakhir kita. Tema Tema bebas, namun diharapkan yang “berakar” berkonteks dengan kekinian Indonesia. 

7. The Mirror

Tidak ada komentar:
Temptation-
Why won't you leave me alone?
Lurking Every Corner, everywhere I go

Self Control-
Don't turn your back on me now
When I need you the most

Constant pressure tests my will
My will or my won't
My Self Control escapes from me still...

Hypocrite-
How could you be so cruel
and expect my faith in return?

Resistance-
Is not as hard as it seems
When you close the door

I spent so long trusting in you
I trust you forgot
Just when I thought I believed in you...

6. The Silent Man

Tidak ada komentar:
A question well served,
'Is silence like a fever?'
'A voice never heard?'
'Or a message with no receiver?'

Pray they won't ask

Behind the stained glass
There's always one more mask

Has man been a victim

of his woman, of his father?
if he elects not to bother,
will he suffocate their faith?

Desperate to fall

Behind the Great Wall
That separates us all

When there is reason

Tonight I'm Awake
when there's no answer
Arrive the Silent Man

If there is balance

tonight He's Awake
If they have to suffer
There lies the Silent Man

Sin without deceivers

A God with no believers
I could sail by
on the Winds of Silence
And maybe they won't notice
But this time I think
It'd be better if I swim

When there is reason

Tonight I'm Awake
When there's no answer
Arrive the Silent Man
If there is balance
Tonight he's Awake
But if they have to suffer
There lies the Silent Man

5. Voices

Tidak ada komentar:
'Love, just don't stare'
He used to say to me
every Sunday morning
The spider in the window
The angel in the pool
The old man takes the poison
Now the widow makes the rules

'So speak, I'm right here'
She used to say to me
not a word, not a word
Judas on the ceiling
the Devil in my bed
I guess Easter's never coming
So I'll just wait inside my head

4. Erotomania

Tidak ada komentar:


[Instrumental]

3. Innocence Faded

Tidak ada komentar:
Animation
breathes a cloudless mind
Fascination
leaves the doubting blind
Until the circle breaks and wisdom lies ahead
the faithful live Awake
the rest remain misled

Some will transcend spinning years
One as if time disappears

Innocence faded
the mirror falls behind you
Trinity jaded
I break down walls to find you

Callow and vain
fixed like a fossil, shrouding pain
Passionless stage
Distant like brothers
Wearing apathetic displays
Sharing flesh like envy in cages
Condescending
Not intending to end

Some will transcend spinning years
One as if time disappears

Innocence faded
the mirror falls behind you
Trinity jaded
I break down walls to find you

Beginnings get complicated
the farther we progress
Opinions are calculated
Immune to openness

Beyond the circle's edge
We're driven by her blessings
Forever hesitating
Caught beneath the wheel

Innocence faded
the mirror falls behind you
Cynically jaded
The child will crawl to find you.

2. Caught In A Web

Tidak ada komentar:
Silence disguised
I watch you
Show me the hurt
that haunts you
would you despise the thrill
If all you hide were mine?

I can't hold on any longer
These feelings keep growing stronger
Echoes that deafen the mind
will bury my voice in their wake

Caught in a Web
Removed from the world
Hanging on by a thread
Spinning the lies
devised in my head

I've seen the path
the one you take
shows the truth
for you to make
This turn of phrase
we might not see
is the thirst of desire
found so easily

Try to push me 'round
the world some more
And make me live in fear
I bare all that I am
made of now
Attractive I don't care
'Cause even when I danced with life
no one was there to share

Does this voice the wounds of your soul?
Does this voice the wounds of your soul?

Caught in a Web
Removed from the world
Hanging on by a thread
Spinning the lies
devised in my head

Tried to live the life
you live and saw
It doesn't work for me
I bare all that I am
made of now
Attractive, I can't be
Inside the Dance of Life is one
I'll never hold to me

You can't heal the wounds of my soul.
You can't heal the wounds of my soul.

Caught in a Web
Removed from the world
Hanging on by a thread
Spinning the lies
devised in my head

Caught in a Web
Refused by the world
Hanging on by a thread
Spinning a cage
Denied and misread

1. 6:00

Tidak ada komentar:
[Samples from the film "The Dead", an adaptation of James Joyce's short story from his book]
"Six o'clock on a Christmas morning..."
"And for what?"
"Well, isn't it for the honor of God, Aunt Kate?"
"I know all about the honor of God, Mary Jane."

Six o'clock the siren kicks him from a dream
Tries to shake it off but it just won't stop
Can't find the strength but he's got promises to keep
And wood to chop before he sleeps

I may never get over
but never's better than now
I've got bases to cover

He's in the parking lot and he's just sitting in his car
It's nine o'clock but he can't get out
He lights a cigarette
and turns the music down
but just can't seem to shake that sound

Once I thought I'd get over
but it's too late for me now
I've got bases to cover

Melody walks through the door
and memory flies out the window
and nobody knows what they want
'til they finally let it all go

The pain inside
coming outside

So many ways to drown a man
So many ways to drag him down
Some are fast and some take years and years
Can't hear what he's saying when he's talking in his sleep
He finally found the sound but he's in too deep

I could never get over
Is it too late for me now?
Feel like blowing my cover

Melody walks through the door
and memory flies out the window
and nobody knows what they want
'til they finally let it all go

But don't cut your losses too soon
'cause you'll only be cutting your throat
And answer a call while you still hear at all
'cause nobody will if you won't

[Samples from the film "The Dead", an adaptation of James Joyce's short story from his book]
"Six o'clock on a Christmas morning..."
"I know all about the honor of God, Mary..."
"I know all about the honor of God, Mary Jane."

5. The Big Medley

Tidak ada komentar:
[I. In The Flesh?]

[Originally recorded by Pink Floyd]
[Written by Roger Waters]
[From the album "The Wall" - 1979]

So 'ya
Thought 'ya
Might like to
Go to the show

To feel the warm thrill of confusion
That space cadet glow

Tell me is something eluding you sunshine?
Is this not what you expected to see?
If you wanna find out what's behind this cold eyes?
You'll just have to claw your way through this disguise

Lights...
Roll the sound effects...
Action...
Shout out! (shout out)
Shout out! (shout out)
Shout out! (shout out)

[II. Carry On Wayward Son]

[Originally recorded by Kansas]
[Written by Kerry Livgren]
[From the album "Leftoverture" - 1976]

[Instrumental]

[III. Bohemian Rhapsody]

[Originally recorded by Queen]
[Written by Freddie Mercury]
[From the album "A Night At The Opera" - 1975]

So you think you can stone me and spit in my eye
So you think you can love me and leave me to die
Oh, baby
Can't do this to me, baby
Just gotta get out
Just gotta get right outta here

[IV. Loving, Touching, Squeezing]

[Originally recorded by Journey]
[Written by Steve Perry]
[From the album "Evolution" - 1979]

You make me weep
And wanna die
Just when
You said we'd try
Lovin', touchin', squeezin'
Each other

When I'm alone
Oh by myself
You're out
With someone else
Lovin', touchin', squeezin'
Each other

You're tearin' me apart
Every day, every day
You're tearin' me apart
Oh what can I say?
You're tearin' me apart

It won't be long, no
Until you're alone
When you're lover
Oh he hasn't come home
'Cause he's lovin', oh he's touchin', he's squeezin'
Another

He's tearin' you apart
Every day, every day
He's tearin' you apart
Oh girl what can you say?
'Cause he's lovin', touchin', another
Now it's your turn, girl, to cry

[V. Cruise Control]

[Originally recorded by Dixie Dregs]
[Written by Steve Morse - 1977]

[Instrumental]

[VI. Turn It On Again]

[Originally performed by Genesis]
[Written by Banks/Collins/Rutherford]
[From the album "Duke" - 1980]

Turn it on
Turn it on, turn it on again
Turn it on
Turn it on, turn it on again
Turn it on
Turn it on, turn it on again
Turn it on
Turn it on, turn it on again

4. The Rover / Achilles Last Stand / The Song Remains The Same

Tidak ada komentar:
[Originally recorded by Led Zeppelin]

[I. The Rover]

[Written by Jimmy Page/Robert Plant]
[From the album "Physical Graffiti" - 1975]

[Instrumental]

[II. Achilles Last Stand]

[Written by Jimmy Page/Robert Plant]
[From the album "Presence" - 1976]

It was an April morning
When they told us we should go
And as I turn to you you smiled at me
How could we say no?
With all the fun to have
To live the dreams we always had
Woah the songs to sing
When we at last return again yeah
Oh
Oh

Sending off a glancing kiss
To those who claim they know
To know the streets the seaman hears
The devil in his hole
Oh to sail away
To sandy lands and other days
Oh to touch the dream
Hides inside and never seen, yeah
Oh
Ooh

Into the sun the south the north
Lies the first of hope
Shackles of commitment fell
In pieces on the ground
Oh to ride the wind
To tread the air above the din
Oh to laugh aloud
Dancing as we fought the crowd yeah
Oh oooh

To seek the man whose pointing hand
The giant step unfolds
With guidance from the curving path
That churns up into stone
If one bell should ring
In celebration for a king
So fast the heart should beat
As proud the head with heavy feet, yeah
Ooooh

Oh

[III. The Song Remains The Same]

[Written by Jimmy Page/Robert Plant]
[From the album "Houses Of The Holy" - 1973]

Oh, yeah

Oh, yeah
Here we go
Wanted to know, oh oh
Sing out Hare, Hare, oh
Dance the Hoochie Koo
The city lights
Oh so bright
As we go sliding
Sliding, sliding, sliding
Through
Oooh
All right

3. Perfect Strangers

Tidak ada komentar:
[Originally recorded by Deep Purple]
[Written by Blackmore/Glover/Gillan]
[From the album "Perfect Strangers" - 1984]

Can you remember
Remember my name
As I flow through your life
A thousand oceans I have flown
Ooooh and cold
Cold spirits of ice (ice ice)
All my life
I am the echo of your past

I am returning
The echo of a point in time
In distant faces shine
A thousand warriors I have known
Ooooh and laughing
As the spirits appear
Ooooh all your life
Shadows of another day

And if you hear me talking on the wind
You've got to understand
We must remain
Perfect strangers

Oooooh ooh

I know I must remain inside this silent well of sorrow
Oh

A strand of silver
Hanging through the sky
Touching more than you see
The voice of ages in your mind
Ooooh is aching
With the dead of the night
Precious life
Your tears are lost in falling rain

And if you hear me talking on the wind
You've got to understand
We must remain
Perfect strangers

2. Funeral For A Friend / Love Lies Bleeding

Tidak ada komentar:
[Originally recorded by Elton John]
[Written by Elton John/Bernie Taupin]
[From the album "Goodbye Yellow Brick Road" - 1973]

The roses in the window box
Have tilted to one side
Everything about this house
Is gonna grow and die

Oh it doesn't seem a year ago to this very day
You said I'm sorry honey
If I don't change the pace
I can't face another day

And love lies bleeding in my hand
Oh it kills me to think of you with another man
I was playing rock and roll and you were just a fan
But my guitar couldn't hold you so I split the band
Love lies bleeding in my hands

I wonder if those changes
Have left a scar on you
Like all the burning hoops of fire
That you and I passed through

You're a bluebird on a telegraph line
I hope you're happy now
While if the wind of change comes down your way girl
You'll make it back somehow

And love lies bleeding in my hand
Oh it kills me to think of you with another man
I was playing rock and roll and you were just a fan
But my guitar couldn't hold you so I split the band
Love lies bleeding in my hands

And love lies bleeding in my hand
Oh it kills me to think of you with another man
I was playing rock and roll and you were just a fan
But my guitar couldn't hold you so I split the band
Love lies bleeding in my hands

Oooooh oooh
Oooooh
Oh oh oh oh ooh
Love lies bleeding in my hands
Oooh
Oooh ooh

1. A Change Of Seasons

Tidak ada komentar:


[Music by Dream Theater]
[Lyrics by Mike Portnoy]

[I. The Crimson Sunrise]

[Instrumental]

[II. Innocence]

I remember a time
My frail, virgin mind
Watched the crimson sunrise
Imagined what it might find
Life was filled with wonder
I felt the warm wind blow
I must explore the boundaries
Transcend the depth of winter's snow

Innocence caressing me
I never felt so young before
There was so much life in me
Still I longed to search for more

But those days are gone now
Changed like a leaf on a tree
Blown away forever
Into the cool autumn breeze
The snow has now fallen
And my sun's not so bright
I struggle to hold on
With the last of my might

In my den of inequity
Viciousness and subtlety
Struggle to ease the pain
Struggle to find the same

Ignorance surrounding me
I've never been so filled with fear
All my life's been drained from me
The end is drawing near...

[III. Carpe Diem]

"Carpe diem
Seize the day"

I'll always remember
The chill of November
The news of the fall
The sounds in the hall
The clock on the wall
Ticking away
"Seize the Day"
I heard him say
Life will not always be this way
Look around
Hear the sounds
Cherish your life
While you're still around

("Gather ye rosebuds while ye may)
(Old Time is still a-flying;)
(And this same flower that smiles today)
(Tomorrow will be dying")

We can learn
From the past
But those days
Are gone
We can hope
For the future
But there might not be one

The words stuck in my mind
Alive from what I've learned
I have to seize the day
To home I returned

Preparing for her flight
I held with all my might
Fearing my deepest fright
She walked into the night
She turned for one last look
She looked me in the eye
I said, "I Love You...
Good-bye"

("It's the most awful thing you'll ever hear")
("If you're lying to me...")
("Oh, you dearly love her")
("...just have to leave...)
(All our lives")
("Seize the day!")
("Something happened")
("Gather ye rosebuds while ye may")
("She was killed")

[IV. The Darkest Of Winters]

[Instrumental]

[V. Another World]

So far or so it seems
All is lost
With nothing fulfilled
Off the pages and the
T.V. screen
Another world
Where nothing's true

Tripping through
The life fantastic
Lose a step
And never get up
Left alone
With a cold blank stare
I feel like giving up

I was blinded by a paradise
Utopia high in the sky
A dream that only drowned me
Deep in sorrow, wondering why

Oh come let us adore him
Abuse and then ignore him
No matter what
Don't let him be
Let's feed upon his misery
Then string him up for all the world to see

I'm sick of all
Your hypocrites
Holding me at bay
And I don't need
Your sympathy
To get me through the day

Seasons change and so can I
Hold on Boy
No time to cry
Untie these strings
I'm climbing down
I won't let them push me away

Oh come let us adore him
Abuse and then ignore him
No matter what
Don't let him be
Let's feed upon
His misery
Now it's time for them
To deal with me

[VI. The Inevitable Summer]

[Instrumental]

[VII. The Crimson Sunset]

I'm much wiser now
A lifetime of memories
Run though my head
They taught me how
For better or worse
Alive or dead
I realize
There's no turning back
Life goes on
The offbeaten track

I sit down with my son
Set to see the Crimson Sunset
(Gather ye rosebuds while ye may)
Many years have come and gone
I've lived my life, but now must move on
(Gather ye rosebuds while ye may)
He's my only one
Now that my time has come
Now that my life is done
We look into the sun
"Seize the day
And don't you cry
Now it's time
To say good-bye
Even though
I'll be gone
I will live on
Live on"